Yura memutar otaknya. "dari mana kau bisa kira begitu?" tanya Yura, siapa tahu ia bisa berbohong. Mungkin saja Yama hanya asal tebak. "aku melihat sendiri" jawab Yama, Yura seperti kejatuhan batu 1000 ton.
Oke, ia sama sekali tidak bisa mengelak, mungkin memang seharusnya ia bicara jujur. "ia, memang. Sudah cukup lama kami jadian" akhirnya itulah yang dikatakan Yura. Mata Yama terbelalak kaget. "sejak kapan?" selidik Yama. Yura berpikir sejenak, "sejak... Kau dan Shida menonton blue angel, setelah itu kalian pergi ke kafe khn? Nah disitulah kami jadian". Yama diam, ia tidak tahu ingin mejawab apa. Sekarang Yama tahu mengapa Yuto tahu hubungannya dengan Shida, dan pada saat itu ternyata Yuto juga punya pacar. Dunia ini sungguh aneh. "oke, makasih, Yura" lalu Yama balik badan memunggungi Yura, lalu melangkah pergi.
Shida sendirian di dalam kelas, duduk entah merenungi sesuatu. Anak2 lain sudah pulang dari tadi. Ia belum mau pulang, ingin sendirian di dalam kelas. Sebenarnya ia sangat sedih atas putusnya hubungannya dengan Yama. sudah lama Shida menyukai Yama, begitu ia dapat bahagia dengan Yama, Ken datang dan mengerecoki hubungannya. Dengan berat hati Shida memutuskan Yama. waktu itu, setelah Shida berhasil memutuskan Yama, semalaman ia menangis di dalam kamar.
"Shida-chan??" panggil Yura, Shida mendongak dan menatap Yura dengan lesu. "ngapain kamu disini? Sekolah sudah bubar sejak tadi. Sedang mikir apa?" tanya Yura. Setelah bicara dengan Yama, ia kembali ke kelas karena feelingnya Shida berada di kelas untuk menyendiri.
Shida menggeleng pelan, "bagaimana kau tahu aku disini?" tanya Shida. "aku tahu kamu, Shida. Kau selalu menyendiri setiap ada masalah. Dan aku tahu juga kalau kau sekarang ada masalah. Kau bisa cerita ke aku". Shida tersenyum kecil, "ya, aku memang sedang banyak masalah. Masalah yang berhubungan dengan kita."
Yura menatap Shida bingung. "kita??" Shida hanya diam, Yura tidak memaksa Shida untuk menjelaskan.
Shida menarik napas panjang lalu menghembuskannya dengan sekuat tenaga. "maaf, aku belum bisa menceritakannya padamu, Yura" kata Shida sambil menunduk. "aku tahu masalahmu Shida, jangan kuatir", "kau tahu??" tanya Shida. "ya, aku tanya ke.. Ehm, Yama" Shida menatap Yura. Temannya yang satu ini punya bnyak cara untuk mengetahui segala hal yang ia ingin tahu, salah satunya tentang Yama dan Shida. "tapi itu tak seberapa, Yura" kata Shida lirih. Ia mulai menangis pelan. Yura dengan cepat memeluk sahabat baiknya itu.
"aku tahu yang paling berat dari semua masalah adalah itu. Aku tahu ada alasan yang membuat kau sengaja minta putus dengan Yama, walau aku tak tahu tentang apa. Tenang saja, aku akan menunggu hingga kau tenang dan mau cerita."
"maafkan aku, Yura." kata Shida pelan, Yura hanya menatap Shida penuh belas kasihan.
Yama mencoba datang ke rumah Yuto, walau ia tidak tahu akan di usir atau tidak. Sudah sering kali ia datang, tapi baru pertama kali inilah hatinya sama sekali tidak tenang. Ia takut Yuto masih marah pada Yama. Ya.. Yama tahu yang pertama kali marah adalah Yama, Yuto hanya terbawa emosi saja.
Yama menekan bell rumah Yuto beberapa kali, hingga Yuto sendirilah yang keluar.
"haii..." kata Yama pertama kali, ia mengangkat sebelah tangannya.
"mau apa kau?" tanya Yuto ketus, ternyata masih marah pada Yama.
"aku... Mau bicara. Boleh gak?" tanya Yama sambil menunjukkan tampang memelasnya.
Yuto berjalan maju lalu membukakan pintu pagarnya yang cukup tinggi itu. Yama masuk pelan-pelan.
Lalu Yama dan Yuto duduk di ruang tamu. Padahal biasanya kalau mereka lagi akrab suasananya tidak akan menegangkan seperti ini, pikir Yama dalam hati.
"sekarang mau bicara apa?" tanya Yuto masih tetap ketus. Jantung Yama mulai berdetak, sudah lama ia tidak bicara dengan Yuto di sekolah, apa lagi di rumahnya.
"aku.. Aku.. Hanya mau minta maaf" Yama menunduk tidak ingin menatap Yuto. Ia tak mau melihat ekspresi wajah Yuto yang semakin galak.
Di luar perkiraannya, malah Yuto tertawa keras. Yama menatap Yuto dengan wajah bingung.
"akhirnya kau mengatakannya juga" kata Yuto enteng, berbeda jauh dengan ketika Yama baru datang tadi. Yama masih saja diam tak mengerti. "aku tahu pasti suatu saat kau akan minta maaf Yama. Sudahlah, sebenarnya aku sudah lama sekali memaafkanmu. Aku cuekin kamu karena memang itu kemauanmu kan?"
wajah Yama memerah, "maaf, aku sudah membohongimu. Harusnya aku memberitahumu tentang ini. Tetapi sekarang aku dan Shida sudah putus"
"putus? Bagaimana..." sebelum Yuto menyelesaikan kata-katanya, Yama menyela, "aku juga tidak tahu, tiba-tiba saja beberapa hari yang lalu." Yama sudah mulai santai.
"mmm... Oke. Kapan-kapan saja kita tanya dia"
"ngomong-ngomong soal beberapa hari yang lalu, aku melihatmu jalan dengan Yura berduaan dengan mesra. Tepat setelah aku putus dengan Shida. Nah, selamat ya walau telat lamaaa bangettt" kata Yama sambil cengengesan. "kok gak cerita ke aku?"tanya Yama.
"gimana mau cerita kalau kau sendiri juga begitu, hah?" sindir Yuto.
Lalu mereka tertawa berdua seperti tidak pernah ada apa-apa di antara ke dua teman baik satu ini.
Masa-masa suram mereka sudah lewat, semua ulangan dapat mereka lalui dengan baik. Begitu juga Dai-chan berkat ajaran Chinen. Mereka tinggal menunggu pengambilan rapor.
Semua anak Horikoshi merasa lega karena selesai tes, tetapi tidak dengan Shida. Belum semua ia hadapi, masih tersisa satu.
Ia sudah mencoba untuk bicara dengan Ken, tetapi sekarang ia menyesal untuk bicara dengannya.
Setelah ia tahu bahwa Shida putus dengan Yama, Ken tidak bisa melapor bahwa Yama dan Shida pacaran. Ia amat sangat tidak puas. Sebagai gantinya atas semua itu, Ken meminta Shida untuk menjadi pacarnya.
Sudah pasti Shida shock berat dengannya. Tetapi apa yang harus ia lakukan? Ia belum menerima Ken, sebab di hatinya ia masih sangat menyayangi Yama.
Dan sebenarnya Shida mau memberitahu alasan yang sebenarnya mengapa ia putus dari Yama, namun ia belum mendapatkan keberanian yang cukup.
Shida mondar-mandir tak jelas, ia sedang menunggu Yura. Sudah hampir setengah jam ia menunggu, tapi Yura belum menampakan dirinya.
Setelah kurang lebih Shida menunggu lagi selama 10 menit, dari kejauhan barulah nampak Yura sedang berlari-lari.
"Shida, gomen ne" kata Yura yang masih ngos-ngosan.
Shida yang baru saja mau memuncratkan kemarahannya berubah menjadi iba. Ia menatap Yura yang sedang membungkuk, memberi ia waktu untuk bernafas.
"ada apa?" tanya Shida akhirnya.
"aku.. Aku.. Tadi ada seseorang yang ingin mencelakakan aku, makanya aku memutar lewat jalan jauh, jadi... Maafkan aku"
"mencelakakan??" kata Shida tak mengerti.
Yura hanya mengangguk beberapa kali sebelum ia menjelaskan.
"tadi, sebenarnya aku sudah dekat dari sini, tetapi tiba-tiba ada pengendara motor datang dan lewat di sebelahku. Hampir saja aku terserempet. Lalu setelah aku berjalan tak jauh, tiba-tiba ada mobil yang melaju cukup kencang ke arahku. Sebelum aku tertabrak, aku berlari melewati jalan kecil. Beberapa kali seperti ada yang ingin mendorongku ke sungai yang deras. Lalu tadi, di lapangan, ada sekumpulan anak sedang main bola dan beberapa kali hampir mengenaiku" kata Yura dengan panik.
Shida berpikir sesaat, apa maksudnya itu?
BERSAMBUNG...
No comments:
Post a Comment