Tuesday, March 29, 2011

Part 18

Yatta...
akhirnya cerita ini berlanjut juga,,,

~~~~~

Ketika Yama dan Shida terdiam, mereka di datangi seorang polisi yang sejak tadi mengamati mereka berdua.
“minna san, konnichiwa” sapa sang polisi ramah.
Yama dan Shida kaget, lalu dengan buru-buru mereka menjawab, “konnichiwa”
“doushita no?” Tanya si polisi.
“anoo.. ojisan tau siapa pemilik rumah itu?” Tanya Yama sambil menunjuk rumah itu. Polisi menatap rumah itu beberapa lama barulah ia menjawab.
“ohh, rumah itu. Rumah itu milik orang kaya yang anaknya tinggal disana, baru sekitar dua tahunan sih. Emangnya kenapa?” Tanya polisi menyelidik.
Yama dan Shida menggeleng berbarengan, barulah Shida menambahkan. “sebenarnya kami mendapat tugas sekolah untuk menyelidiki tempat kantor polisi. Misalnya daerah sekitarnya. Ngg, ojisan bisa bantu?” Tanya Shida sedikit memohon dan berbohong. Pinter juga dia berbohong, pikir Yama dalam hati.
Sepertinya polisi tersebut mulai percaya pada Yama dan Shida, sebab ia mulai menjelaskan sesuatu yang berhubungan dengan kantor polisi. Akhirnya Yama dan Shida mau tidak mau harus mendengarkan ocehan polisi tersebut.

“Bagaimana?” Tanya Chinen saat bertemu dengan Yamada.
“Kata polisi yang tinggal disana adalah anaknya orang kaya. Dan kau tau aku ketemu siapa?” katanya pada Chii. Chii menggeleng tak tau. “Kau masih ngat dengan Ken?” Chii mengangguk. “Disana ada adiknya Ken!!” Kata Yama dengan penuh semangat.
Chii membelalakan matanya yang hitam itu. “NANI?? Adiknya Ken? Kok bisa?” Kata Chii kaget. Yama hanya mengangkat bahu. “Yang aku lihat sih begitu. Ketika aku dan Shida diam memperhatikan rumah itu, tiba-tiba dia muncul dari dalam. Untung dia tidak begitu mengenal kami berdua”
“Lalu apa yang dia lakukan disana?” Tanya Chii semakin penasaran. Yama mencoba mengingat-ingat kejadian itu. “kalau tak salah, datang teman-temannya yang lain. Tapi menurutku mereka sama sekali tak mirip dengan yakuza, malah lebih seperti seorang yang rajin belajar, yahh… anak baik-baik gitulah”
Chii manggut-manggut. Pintar sekali mereka semua, pikir Chinen.
“Yama, besok anterin aku kesana boleh? Aku mau tau seperti apa sarang mereka” kata Chii sedikit memohon, ia memasang tampang memelasnya. “Iya, Chii. Dan kamu juga gak perlu memasang tampang seperti itu dong, gak ngaruh ke aku” iseng Yama. Memang Chii sudah sering melakukan itu, sampai-sampai Yama sudah kebal melihatnya. Chii langsung terkekeh.
“Yama jahat ah, jangan begitu dong. Oia, ima nanji desuka?” Tanya Chii tiba-tiba.
“ngg… yon ji. Nande?” Tanya Yama bingung.
“ee? Yon? Uwaa… YABAII NE” teriak Chii menganggetkan Yama.
“doushita no?” Tanya Yama ikutan panic, ia terpengaruh dengan Chii padahal tak tau apa-apa.
“aduhh, aku janjian sama Dai-chan jam setengah empat, tapi sekarang udah jam empat. Anoo, udah dulu ya Yama, jaa ne” kata Chii sambil berlalu pergi. Sebelum Chii sempat menghilang dari pandangan Yama, buru-buru Yama menjawab “jaa ne”.

Esok hari, sekitar jam 12 siang, Yama, Chii, Dai-chan, dan Yuto pergi ke tempat sarang yakuza. Kali ini mereka berpura-pura sedang jalan-jalan siang di daerah itu, untuk mengelabui yakuza dan tidak membuat polisi curiga.
Ketika Yuto, Chii, dan Dai-chan pertama kali melihat, mereka sama sekali tak percaya bahwa ternyata seperti itulah tempat yakuza itu bersembunyi. Sampai-sampai Yama dengan susah payah menjelaskan semuanya sehingga teman-temannya itu mengerti.
“tapi Yama, aku masih bingung dengan pikiran mereka. Kenapa mereka malah memilih tempat di dekat polisi di banding dengan tempat yang jauh dan tersembunyi dari polisi” kata Chii.
“hmm… menurutku mungkin rumah itu di beli oleh orang tua bos yakuza, tetapi orang tuanya tidak tau bahwa rumah yang dibelinya malah di pakai buat perkumpulan yakuza. Dikiranya anaknyalah yang memakai. Apa lagi cara penyamaran mereka benar-benar bagus. Aku yakin pasti tak ada yang menyangka bahwa mereka adalah sekelompok yakuza” jelas Yama. Yang lain hanya manggut-manggut diantara mengerti dan tidak dengan penjelasan Yama barusan.
“Lalu apa yang mesti kita lakukan? Percuma kita mengetahui sarang mereka tanpa melakukan sesuatu” kata Yuto. Tumben-tumbennya dia bisa berpikir dewasa seperti itu.
“Aku setuju dengan Yuto. Percuma kalau kita diam saja, bisa-bisa nanti malah makin banyak korban seperti Yura, Yuto, dan Chii. Yahh, walau kita sudah tau siapa pelakunya buat Chii itu” kata Yama.
Semua terdiam memikirkan cara untuk menangkap yakuza itu. Selama beberapa saat suasana hening hingga akhirnya Dai-chan yang bicara.
“Bagaimana kalau kita pancing mereka?” Tanya Dai-chan pada Yama, Chii, dan Yuto.
“maksudmu?” Tanya Chii tak mengerti.
“Begini, jadi diantara kita pura-pura nyasar, lalu kita melihat rumah itu dan mau bertanya jalan pada pemilik rumah itu. Kemungkinan kita bisa melihat seperti apa pemilik rumah itu.”
“kalau ditanya, kenapa tidak Tanya pada polisi? Padahal di dekat sana ada kantor polisi” kata Chii.
“yaa, benar. Malah mungkin mereka malah curiga kala kita malah bertanya pada dia bukan pada polisi” Kata Yama menimpali.
Semua kembali berpikir keras, mereka semua masih berdiri di taman dekat situ sambil mengamati rumah itu dari kejauhan. Sampai tiba-tiba perut mereka mulai berbunyi karena lapar.
“aduh, kita cari makan yuk. Sekarang udah jam setengah dua nih” kata Yuto sambil memegangi perutnya yang mulai minta diisi. Mereka baru menyadari ternyata hari sudah mulai sore, dan mereka sudah lama duduk-duduk di taman itu.
“ayo, aku juga sudah lapar nih” kata Dai-chan.
Lalu mereka semua bangkit berdiri dan berjalan meninggalkan tempat itu.

Sekitar jam dua-an, mereka berempat tiba di hoka-hoka bento. Mereka mulai makan dengan lahap karena sudah sangat kelaparan. Selagi makan, tiba-tiba Chii dapat ide untuk melihat siapa pemilik rumah tersebut.
“aduh Chii, mending kamu abisin dulu makanan yang ada di mulutmu, aku gak tau kamu ngomong apa” komentar Dai-chan ketika Chii tiba-tiba mulai berbicara dengan mulut penuh.
Chii mulai mengunyah dengan cepat dan menelan makanannya. Lalu Yama yang komentar, “Chii, awas entar kesedek. Baru digigit beberapa kali udah di telen, dari wajah ku keliatan tau kalau tadi susah di telan”. Tapi Chii tak menanggapi ucapan Yama hingga akhirnya dia benar-benar kesedek.
“uhuukk… uhuukk… “ Chii mulai terbatuk-batuk.
“Kore” Kata Yuto sambil menyodorkan segelas mizu (air) pada Chii.
“Tuh kan aku bilang juga apa, kunyah makanan tuh yang bener”
“gomen, uhukk… soalnya.. uhukk..” kata Chii masih terbatuk-batuk.
“udah udah, jangan ngomong dulu, minumnya abisin tuh” kata Dai-chan. Lalu Chii mulai menghabiskan air putihnya itu.
“jadi gini, gimana kalau kita jualana di daerah situ. Kita tawarin dari rumah ke rumah yang berada di daerah itu, termasuk kantor polisi. Aku yakin ‘dia’ tak akan curiga sama kita” Kata Chii mengutarakan pikirinnya.
Chii melihat Yama, Yuto, dan Dai-chan secara bergantian. “ngg, siapa yang akan jualan?” Tanya Yama tiba-tiba. Ia hanya sedang mencoba apakah cara itu baik atau tidak.
“Siapa aja, asalkan jangan Yuto, Yura, atau aku. Sebab aku yakin mereka sudah tau siapa kami bertiga”
“Lalu siapa?” Tanya Yuto bingung.
“Bagaimana kalau aku saja” kata seseorang yang ternyata sedari tadi berdiri tepat di belakang Yama.
Semua menatap orang itu dengan mata terbelalak kaget.

BERSAMBUNG,,,

------

tidak lupa di comment ya,,,
Bagi yang baca XD

No comments:

Post a Comment