The last part..
yoshh..
akhirnya tamat juga ni cerita,,
gomen hasilnya jelek banget,,
akhirannya cukup ngawur (banget malah)
ga da hubungannya sama di awal,,
hikss,, TT.TT
~~~
Sesuai yang mereka jadwalkan bersama, akhirnya waktu pembalasan dendam tiba juga. Rencana diadakan tepat 1 minggu setelah mereka berkumpul terakhir kali.
Pada saat menyusun rencana minggu lalu..
Kira menjelaskan semuanya apa yang dikatakan Chii. "Itu hanya orang tua tiri-ku, mereka tidak ingin niichan seperti itu. Mereka telah menganggap kami berdua seperti anak sendiri"
Chinen hanya ngangguk-nangguk entah ia percaya atau tidak. Sebab Chinen masih ragu terhadap Kira.
Kembali ke waktu sekarang, mereka semua sedang berkumpul di suatu tempat yang entah apa namanya. Mereka sedang melakukan pemantapan. Maksudnya sedang mengulang rencana mereka agar tidak gagal nanti. Semua diam mendengar intruksi dari Yama dengan baik. Tanpa mereka semua sadari, dari tadi ada seseorang yang selalu mengamati mereka. Menguping pembicaraan, mengendap-ngendap di belakang, serta sesekali mencatat sesuatu.
Waktu berjalan cukup cepat, tak terasa sudah jam 3 sore, Kira berjalan menuju rumah 'menyeramkan' tersebut.
Kira mengetuk pintu, di bukakannya oleh seseorang yang terlihat rapi dan berkacamata. Terlihat seperti anak pintar, pikir Yama ketika melihat orang tersebut melalui kamera kecil menggunakan baterai yang diam-diam di bawa Kira dengan sengaja.
"Nani shiteru?" tanya orang itu dingin.
Kira diam beberapa saat, lalu menjawab. "niichan ada?". Orang itu mengamati Kira, lalu berjalan masuk. Beberapa saat keluar bersama dengan Kira no niichan.
"nani?" katanya dengan suara berat. Kira menjelaskan sesuatu, lalu pintu dibukakan dan akhirnya Kira masuk.
"bagus!!" kata Yama dari kejauhan.
"Niichan!" katanya sedikit berteriak. Sampai dia sendiri cukup kaget dengan nada suaranya. Niichan hanya mengangkat sebelah alisnya sedikit. Sedikit sekali.
"Niichan! Ayo keluar dari sini! semakin lama aku semakin tak tahan dengan niichan di tempat ini!" suasana diam sesaat, Kira mengeluarkan keringat dinginnya. Lalu suara tawa pun menggelegar dari ruangan tersebut.
"apa maksudmu, dek?" tanya temannya. "ngg, disini tempat orang jahat!" kata Kira ragu. Ciut juga keberaniannya.
"hey! Apa yang kulakukan, itu pilihanku! Apa mau mu ikut campur urusanku?" tanya niichan. "aku hanya mau niichan berubah! Itu saja!" lalu Kira menyerbu niichan, disambut dengan suara tawa.
"coba lawan ku! Kau sendiri! Aku banyak pendukungnya" niichan melihat temannya mengangguk setuju. Ia menyunggingkan sebuah senyuman sinis.
Di saat Kira bingung, tiba-tiba pintu terbuka. Terlihat Shida, Yuto, Yama, Chinen, Daiki, serta Yuya. Entah Yuya muncul dari mana dan ikut-ikutan mereka berempat. Mungkin ia penasaran dengan cerita dulu, saat Yuto masuk rumah sakit akibat di serang.
Kira kaget, tapi hatinya cukup senang. Setidaknya ia tidak sendiri sekarang.
"aku akan membantu Kira!" teriak Yama. "tidak, tapi kami SEMUA" kata Yuto. Ia tersenyum ke arah Yama. Yama pun mengerti.
"sebelum kalian melawan anak buahku..." kata seseorang dari kejauhan. "lebih baik kalian melawanku!" lalu muncul seorang cowo yang ternyata Shida kenal baik. Sangat baik.
"KEN!!" teriak Shida, ia pun shock berat melihat kenyataan ini. Ia menggerutu tidak jelas.
"Shida! Aku tau mereka semua temanmu! Malah itulah rencana ku. Menghancurkan temanmu, dan terakhir kamu" kata Ken, sambil menunjuk Shida.
"jadi, mereka hanya cukup melawanku. Semua. Kalau aku kalah, niichan temanmu itu akan ku keluarkan dari yakuza" sambil menunjuk ke arah Kira. "kalau kalian kalah, akan aku bunuh kalian semua!" kata Ken melanjutkan.
"kauu... Padahal anata no okaasan sungguh baik! Tapi KAUU!!" Shida diam "pecundang" kata Shida melanjutkan.
"Kau tau okaasan?" tanya Ken. Shida mengangguk. "kau Kenichi kan? Kenichi tetanggaku dulu? sebenarnya aku sudah lupa dengan tampangmu. Tapi aku ingat betul dengan mamamu". "lalu dari mana kau tau?"
"kinou, aku melihat adik KEN dengan mama KENICHI. Dan memanggil wanita itu dengan sebutan OKAASAN! Bagaimana?" tantang Shida, walau sebenarnya dia ketakutan sekali.
Ken memandang tajam kea rah Shida, “terserah apa katamu, aku sama sekali tak peduli!”
Ken segera menyerang teman-teman Shida dengan garang. Yuto terpental kebelakang dengan cepat, ia mengaduh pelan sekali, sangat pelan. Di bantingnya Yama ke lantai, Yama yang di serang secara tiba-tiba, tidak sempat melakukan perlawanan. Chinen hanya dapat berdiri ketakutan, ketika diserang, dengan lincah ia menghindar dengan gaya favoritnya, backflip. Dengan cepat ia menjauh dan mendatangi Yuto yang kesakitan. “Daijyobu, Yuto?” Tanya Chii, Yuto hanya memjawab dengan anggukan pelan.
Chinen pun marah teman-temannya di perlakukan seperti itu. Dengan bantuan Yuya dan Daiki, mereka menyerang Ken yang sedang berdiri menatap Yama dan Yuto satu per satu. Dari belakang, Yuya menyergap Ken, Chii yang di depan, menyerang bagian depan Ken. Dan Dai-chan menghantap kepala Ken dengan keras hingga terluka. Ken mengerang kesakitan.
Shida dan Kira menatap mereka dengan tatapan ngeri.
Melihat ‘bos’-nya diserang seperti itu, anak buah mereka segera menyerang mereka. Dengan cepat, keadaan kembali di menangkan oleh para Yakuza kembali.
Shida ingin membantu, tak tega melihat teman-temannya itu di serang seperti itu. Apa lagi Shida tau teman-temannya itu tidak pandai bertengkar.
Shida mencoba maju ke arah mereka, tapi di tahan oleh Kira yang sedari tadi berdiri di sebelah Shida. Shida menatap Kira bingung. Kira hanya menggeleng pelan, lalu menahan tangan Shida sehingga Shida tidak bisa bergerak.
Kira menyerahkan Shida kepada salah seorang anggota yakuza lain yang hanya diam berdiri. Yakuza itu segera mengikat Shida dengan tali, dan diikatnya di tiang, sehingga Shida tidak bisa kemana-mana.
Shida melihat, Yama, Yuto, Chii, Dai-chan, dan Yuya sudah setengah mati menghadapi mereka yang kuat-kuat dan garang. Mereka semua sudah terluka di sana sini. Hampir tak ada lagi tenaga yang tersisa.
Berkali-kali mereka terus di pukuli, Shida sadar, Yakuza itu tidak bercanda. Mereka benar-benar ingin membunuh teman-temannya, termasuk dirinya. Tak tega ia melihat, Shida hanya sanggup menangis dan berteriak menyuruhnya berhenti.
Di saat semua sedang dalam keadaan ‘kritis’, tiba-tiba pintu terbuka.
Yura berdiri di depan sana, “YAMETE YO!!!” teriaknya. Menghentikan kegiatan mereka untuk beberapa saat saja.
“Rumah ini sudah di kepung! Berhenti menyakiti mereka!” ancam Yura.
Yang lain diam sesaat, lalu tertawa begitu keras.
“Kau pikir kita percaya?” lalu kembali menyerang mereka.
Melihat penyerangan kembali, dengan cepat para polisi masuk ke dalam. Menahan para Yakuza yang sedang melakukan kejahat, beberapa menolong Yuto, Yama, Chinen, Daiki, dan Yuya, dan tidak lupa dengan Shida.
Sebelum semua di bawa pergi, Yura berkata “Pasti kalian lupa dengan keadaan di luar sana? Tepat di depan rumah ini adalah kantor polisi. Dengan mudah aku menghubungi mereka!”
Akhirnya hari penyerangan itu segera berakhir. Kira pun ikut di tangkap, entah karena apa. Tapi sepertinya Kira memang dari awal tidak berniat membantu mereka. Malah ingin menjebak mereka.
Yuya, Yuto, Yama, Daiki, dan Chinen sudah mulai membaik, luka mereka sudah mulai sembuh.
“Bagaimana kau tau kami ada disana?” Tanya Yuto suatu hari.
Yura tersenyum manis, “Kalian pasti tidak sadar, sebenarnya dari awal aku sudah membuntuti kalian. Dari pas kalian membicarakan rencana kalian di hari-hari sebelumnya”
Yuto manggut-manggut mengerti. Pantas saja Yura tau, pikirnya.
“Arigatou” kata semua pada Yura. Kalau tak ada dia, mungkin hidup mereka sekarang sudah berbeda.
Yura mengangguk mantap. “ Arigatou juga sudah mau melawan mereka demi aku”
“ahh… ge er kamu, siapa yang membela?” goda Yuto.
Di jawab Yura dengan meletan. Semua tertawa melihat tingkah sepasang kekasih itu.
Tanpa mereka sadari, di belakang sana, Yama dan Shida sedang bergandengan sambil tertawa menatap Yuto dan Yura.
TAMAT
~~
always, i need your comment..
sankyuu :D
Tuesday, March 29, 2011
Part 19
Kali ini sepertinya lebih panjang dari sebelumnya,,,
~~~
“Kira???” Kata mereka semua serempak.
Kira hanya menatap mereka diam. Apa sih yang dia mau? Tanya Yama dalam hati, ia takut Kira akan menggagalkan mereka kali ini. Apa lagi Kira pernah berencana membuat Chinen dan Yama luka. Yama menatap sinis terhadap Kira.
“apa yang kau mau?” Kata Yama akhirnya, walau pun nada suaranya terdengar sangat dingin. Ia memperhatikan gerak gerik Kira dengan baik. Siapa tau tiba-tiba Kira melakukan sesuatu yang tak disangka-sangka.
Kira menatap Yama balik. “Aku tak marah kalau kau masih curiga terhadap ku, emang waktu itu aku yang salah mau mencelakakan Kamu dan Chii” kata Kira sambil menatap Chii yang sejak tadi menatap Kira. Lalu ia melanjutkan, “tapi kali ini aku sungguh-sungguh. Aku sudah muak dibentak terus oleh Niichan. Terakhir kali ia memukulku saat aku gagal mencelakakan Chii. Lihat ini” Kira memperlihatkan bekas lukanya yang membiru di kaki dan wajahnya. Yang dibagian wajah tertutup oleh rambut sehingga dari awal mereka tak menyadarinya.
Semua menahan nafas, lukanya cukup besar. Terlihat sekali kalau Kira di pukul sangat keras. Lalu Kira mulai melanjutkan, “aku mau niichan di tangkap. Biarkan saja walau dia kakakku satu-satunya. Walau dia satu-satunya keluargaku yang kupunya” kata Kira, saat bicara kalimat terakhir, wajahnya terlihat sangat sedih.
“orang tuamu?” Tanya Yama. Ia mulai penasaran bagaimana kakak Kira bisa ikut menjadi Yakuza.
Kira menunduk mencoba mengingat-ingat. “sewaktu aku kecil, mereka bedua keluar negri selama beberapa hari. Waktu itu aku dan niichan tidak ikut karena kami berdua masih kecil. Yah, lebih tepatnya aku yang masih kecil. Kami berdua ditinggal dirumah, niichan harus menjaga ku. Niichan dari kecil memang sudah bandel, tapi tidak jahat. Lalu beberapa hari setelah mereka pergi, aku sakit demam parah, niichan segera menelpon mereka. Keesokan harinyamereka pulang. Seharusnya merka naik pesawat sore hari, tetapi karena kawatir sama aku, mereka naik yang pagi. Siangnya aku dan niichan dengar pesawat yang dinaiki mereka kecelakan. Selama seminggu tak ada kabar apa-apa. Dan pada akhirnya kami dengar di radio orang-orang yang tewas saat kecelakaan itu” Kira menahan napas sebentar.
“mereka termasuk orang yang tewas” kata Kira akhirnya dengan berat hati. Yuto, Yama, Chii, Dai-chan tak bisa berkata apa-apa. Mereka tak menyangka bahwa keluarga Kira sudah tak ada.
“Niichan sangat shock, aku pun begitu. Tapi kami berdua tak bisa melakukan apa-apa. Niichan mulai stress, sekolahnya jadi tak baik, nilainya terus menurun. Ia juga mulai pulang malam, aku sering sekali sendirian saat itu. Tapi lama-kelamaan aku mulai terbiasa dengan situasi itu.”
“Lalu selama ini siapa yang mengurus mu?” Tanya Chii akhirnya. “teman ayahku, dia orang baik. Setelah tau ayah dan ibu sudah tak ada, dia yang merawatku. Katanya dia mau membalas budi otousan yang selama ini baik padanya. Dia juga punya seorang anak, lebih tua setahun dari niichan. Sayang dia tak sebaik ayahnya. Padahal ayahnya percaya penuh padanya” kata Shida. Semua diam berpikir.
“lalu, emang dia seperti apa?” Tanya Yuto. “dia bos dari yakuza itu. Nama geng mereka adalah ‘DERION’ dari bahasa inggris yaitu The Lion. Dia yang menyeret niichan dalam dunianya. Niichan yang awalnya senang, mau ikut-ikutan. Dan akhirnya ia semakin galak dan jahat”
“Derion…:” kata Yama mengulang Kira. Tak menyangka segampang itu ia mendapatkan info mereka disaat saat mendesak.
Chii, Yuto, Yama, dan Dai-chan mencoba memastikan apakah Kira beneran atau tidak.
“Oke, akan kuputuskan besok. Apakah kau bisa membantu kami atau tidak, mengerti?”
“oke, aku mengerti. Kuharap kalian bisa menggunakan aku”
Lalu Kira melangkah pergi. “Jadi bagaimana?” Tanya Dai-chan, yang sejak tadi diam saja. “entahlah, aku jadi bingung. Menurutku kau pakai saja dia, Yama. Aku yakin mereka tak akan curiga” kata Yuto memberi saran pada Yama. Yama terlihat sangat berpikir keras.
Yama menatap Yuto pasti. “seperti yang sedang ku pikirkan sekarang, aku punya rencana bagus kali ini” kata Yama sambil tersenyum pada yang lain. Semua menatap Yama penasaran.
“mau tau? Sini semua”. Lalu semuanya segera berkumpul mengelilingi Yama. “jadi begini….” Bisik Yama pelan. Semua mengangguk mengerti.
Kringg… suara Hp Kira berbunyi pagi itu. Siapa sih yang menelpon pagi-pagi begini? Pikir Kira kesal. Ia segera bangun dari kasurnya dan menatap layar Hp nya. *private number calling*
Siapa sih? Udah nggak ada namanya lagi. Huhh, ganggu aja, rutuk Kira pelan. Ia mengangkat telepon itu.
“Ohayou..” sapa orang di seberang sana.
Kira yang awalnya matanya setengah terpejam kini langsung terbuka lebar.
“Yama?” kata Kira memasikan.
“Ya, ini aku. Aku sudah memutuskan kalau kau harus membantu kami. Hitung-hitung sebagai balas dendam ke niichan mu dan kau telah mau mencelakai aku dan Chii." ujar Yama. Dengan cepat Kira menjawab, "hai. Aku setuju. Jadi, kapan akan dilaksanakan? Dan apa saja yang harus kulakukan?" tanya Kira.
"besok siang, datang ke 'Sukisushi' sekitar jam 1an. Nanti aku, Yuto, Chii, Dai-chan, dan Shida akan berkumpul untuk membicarakan kembali ide ini"
"Shida ikut?" tanya Kira penasaran.
"yup, sudah lama dia memang ikut membantu. Tak disangka ternyata ada hubungannya dengan temannya sendiri" kata Yama diseberang sana. Nada sedikit menyindir Kira.
"ohh..." jawab Kira. Oke, memang aku ikut-ikutan, pikir Kira mengakui. "jadi, besok aku harus kesana, bawa sesuatu?" tanya Kira memastikan.
Tak ada jawaban diseberang sana. Sepertinya Yama sedang berpikir. Kira tetap menunggu. Akhirnya Yama menjawab, Kira menjadi lega.
"terserah. Mungkin kau bisa membawa buku dan alat tulis untuk mencatat agar tak lupa apa yang harus kamu lakukan nanti..." kata Yama, "oia, besok ada beberapa hal yang akan kami tanyakan untuk memperjelas informasi. Kau tak keberatan kan?"
"tidak, tidak sama sekali. Oke, terima kasih banyak Yama"
"doita." lalu Yama memutuskan sambungan.
Kira menatap teleponnya. "ASTAGA!! Aku lupa menanyakan bagaimana dia tau nomor Hp-ku" pekik Kira pelan. Dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu.
Yama menatap langit-langit kamarnya. Dasar nyusahin, pikir dia. Lalu melempar Hp nya ke atas kasur.
Dia mencoba mengingat-ingat percakapannya dengan Shida malam sebelumnya.
Malam itu udara cukup kencang, Yama dan Shida berduaan di taman dekat rumah.
"jadi tadi siang Kira menemuimu?" kata Shida kaget. Dilihat nya Yama mengangguk pelan. Baru saja Yama menceritakan tentang munculnya Kira yang tak di duga-duga itu.
Shida diam menatap Yama. "lalu kau mau memakai dia?" tanya Shida.
Yama mengangkat bahu. "entahlah, aku juga bingung. Sebenarnya aku mau saja memakai dia, apa lagi aku yakin para yakuza sama sekali tak akan curiga, tapi yang ku takutkan dia malah berbalik menyerang kita. Menurutmu bagaimana Shida-chan?" tanya Yama balik.
"menurutku Kira tak akan begitu" jawab Shida, ia memandang Yama dalam-dalam.
Yama tidak tau bahwa Shida melihat dia seperti itu, ia hanya diam memandang lurus.
Fiuhhh,,, Yama menghela napas. Otaknya sedang dipenuhi rencana.
"ya sudah deh, besok kita kumpul saja di 'Sukisushi', bagaimana?" tanya Yama, lalu menghadap ke arah Shida. Shida yang kaget langsung memalingkan mukanya malu.
"terserah dehh" kata Shida pelan.
"ntar kamu yang kasih tau Kira ya" kata Yama sedikit memohon. "hah? Watashi?" kata Shida kaget. "kenapa harus aku?"
"ayolah Shida, bantu aku. Aku kan gak gitu kenal dia, apalagi dia itu teman baikmu" kata Yama memohon. Ia membuat wajah nya menjadi lucu.
Shida tersenyum kecil, "jangan begitu deh. Gak apa-apalah. Nih aku kasih nomornya" kata Shida, lalu ia menarik Hp Yama yang sejak tadi Yama pegang. Shida memasukan nomor Hp Kira.
Yama hanya tersenyum kecut. "Shida pelit" kata Yama sambil melet.
Shida langsung nengok. "apa? Coba ulang?" kata Shida sambil bangkit berdiri berjalan mendekati Yama.
"pelit.. Pelit.." kata Yama, lalu dia tertawa keras.
"ohh gitu. Awas ya" lalu Shida mengejar Yama, Yama segera kabur.
Akhirnya selama beberapa menit, mereka main kejar-kejaran hingga capek.
Tokk.. Tokk.. Tokk... *suara ketukan pintu*
Yama kebali ke alamnya, menghilangkan bayangannya barusan.
"dare desuka?" tanya Yama dari dalam.
"Yama, udah bangun?" tanya seorang cewe di luarnya.
"mika-chan, doushitano?" tanya Yama. Jangan-jangan ada maunya nih, tumben nyari pagi-pagi. Pikir Yama.
"Yama, ntar siang temenin aku belanja ya. Buat ultah temenku. Dia cowo. Aku kan gak tau apa yang cowo suka, yaa..." kata Mika memohon.
Tuh kan, "hai.. Tapi jangan lama-lama ya" kata Yama dari dalam.
"okke. Sankyuu.. Chu chu" kata Mika lalu berjalan pergi.
Dasar tuh anak, pagi-pagi udah ngerepotin aja. Pikir Yama. Ia menggeleng kepala pelan.
Sementara itu, Yuto sedang sibuk menelpon Chinen dan Dai-chan untuk mengabarkan bahwa besok harus bertemu di Sukisushi.
"ayolah Chii, angkat dong Hp mu.." kata Yuto pada Hp nya sendiri. Sudah sejak tadi Yuto mencoba menelpon Chii tapi sampai saat ini belum di angkat juga. Ia melihat jam dikamarnya. Sudah jam 10. Masa Chii belum bangun juga? Pikir Yuto. Ia menggaruk-garuk kepalanya pusing.
Ia mencoba menelpon lagi.. Dan belum juga diangkat.
"Chii!! Kamu masih hidup kan?" katanya pada diri sendiri.
Yuto berjalan mondar mandir di dalam kamar, sekarang ia mencoba menelpon Dai-chan. *tutt.. Tutt.. Tutt...* nada sambung masih terdengar, Dai-chan belum juga mengangkat, Yuto semakin pusing. *tulalit.. Tulalit..*
"AHHH....." teriak Yuto dari dalam kamar, lalu ia melempar Hp nya ke atas meja belajar.
Tiba-tiba pintu terbuka dan muncul sebuah kepala. "niichan, doushita no?"
"Raiya!! Ada apa masuk?" tanya Yuto balik.
"niichan! Kan aku tanya duluan, kenapa balik nanya??" kata Raiya ga mau kalah.
"iie, dasar adik bandel. Sekarang kamu kenapa?"
"dari tadi aku denger Niichan marah-marah sendiri didalam kamar. Kirain kenapa, manggil nama Chii-niichan sama Dai-niichan"
"aaa, masa mereka ga angkat teleponku? Padahal udah bolak-balik ditelepon" kata Yuto, lalu ia duduk di atas kasur.
"kalau ga bisa telepon, kenapa ga SMS aja? Ntar juga mereka tau" kata Raiya.
Yuto segera berdiri. "ahhh... Pintar kamu. Kenapa ga kepikiran dari tadi ya? hahaha" kata Yuto lalu mulai ngetik SMS. "Niichan payah ahh, wee.." kata Raiya sambil meletin kakaknya itu, lalu kabur. Yuto tidak peduli, ia cuma mencibir lalu mulai menulis.
Dan *send*
saat itu juga, dikamar Chii.
Chii sedang kedatangan tamu dikamar, lebih tepatnya ada Dai-chan disana. Mereka berdua asyik bicara sehingga tidak sadar bahwa Hpnya sejak tadi bergetar. Mereka sedang membicarakan sesuatu yang penting.
"ahh ia Chii. Aku sama sekali tak sadar dia bicara begitu" kata Daiki menanggapi.
"jadi menurutmu, mana yang benar?" tanya Chii. Dai-chan hanya mengangkat bahu.
"ini penting, apakah aku harus bilang ke yang lain juga tentang ini?" "menurutku kamu harus bilang, Chii. Mungkin aja yang lain tidak sadar."
sebenarnya mereka sedang membicarakan Kira. Chii menemukan ada yang janggal dengan Kira.
Waktu itu Kira pernah bilang bahwa niichannya pernah dikurung sama orangtuanya, tetapi saat mereka terakhir bertemu, Kira bilang bahwa orangtuanya telah meninggal saat kecelakaan. Jadi mana yang benar dari cerita Kira? Itulah yang sedang merek perdebatkan sejak tadi jam 9 hingga sekarang, makanya mereka berdua tidak mendengar Telepon Yuto.
"lalu kapan aku kasih tau?" tanya Chii polos. Dai-chan menjitak kepala Chii. "kok nanya? Ya secepatnya lahh. Apa mau nunggu tahun depan?" Chii baru saja buka mulut mau menjawab, tiba-tiba Chii sadar dari tadi Hp nya kedap-kedip apa panggilan. Chii menghampiri Hp nya yang tergeletak diatas Tv. "dari Yuto" kata Chii.
Setelah Chii membaca SMS dari Yuto, ia ketawa beberapa lama hingga Daiki yang melihatnya bingung sendiri.
"lihat Hp mu Dai-chan, ternyata sejak tadi Yuto berusaha menghubungi kita"
lalu Dai-chan, ia langsung kaget pas liet ada 20 miscall dari Yuto dan 1 sms.
BERSAMBUNG
~~~
“Kira???” Kata mereka semua serempak.
Kira hanya menatap mereka diam. Apa sih yang dia mau? Tanya Yama dalam hati, ia takut Kira akan menggagalkan mereka kali ini. Apa lagi Kira pernah berencana membuat Chinen dan Yama luka. Yama menatap sinis terhadap Kira.
“apa yang kau mau?” Kata Yama akhirnya, walau pun nada suaranya terdengar sangat dingin. Ia memperhatikan gerak gerik Kira dengan baik. Siapa tau tiba-tiba Kira melakukan sesuatu yang tak disangka-sangka.
Kira menatap Yama balik. “Aku tak marah kalau kau masih curiga terhadap ku, emang waktu itu aku yang salah mau mencelakakan Kamu dan Chii” kata Kira sambil menatap Chii yang sejak tadi menatap Kira. Lalu ia melanjutkan, “tapi kali ini aku sungguh-sungguh. Aku sudah muak dibentak terus oleh Niichan. Terakhir kali ia memukulku saat aku gagal mencelakakan Chii. Lihat ini” Kira memperlihatkan bekas lukanya yang membiru di kaki dan wajahnya. Yang dibagian wajah tertutup oleh rambut sehingga dari awal mereka tak menyadarinya.
Semua menahan nafas, lukanya cukup besar. Terlihat sekali kalau Kira di pukul sangat keras. Lalu Kira mulai melanjutkan, “aku mau niichan di tangkap. Biarkan saja walau dia kakakku satu-satunya. Walau dia satu-satunya keluargaku yang kupunya” kata Kira, saat bicara kalimat terakhir, wajahnya terlihat sangat sedih.
“orang tuamu?” Tanya Yama. Ia mulai penasaran bagaimana kakak Kira bisa ikut menjadi Yakuza.
Kira menunduk mencoba mengingat-ingat. “sewaktu aku kecil, mereka bedua keluar negri selama beberapa hari. Waktu itu aku dan niichan tidak ikut karena kami berdua masih kecil. Yah, lebih tepatnya aku yang masih kecil. Kami berdua ditinggal dirumah, niichan harus menjaga ku. Niichan dari kecil memang sudah bandel, tapi tidak jahat. Lalu beberapa hari setelah mereka pergi, aku sakit demam parah, niichan segera menelpon mereka. Keesokan harinyamereka pulang. Seharusnya merka naik pesawat sore hari, tetapi karena kawatir sama aku, mereka naik yang pagi. Siangnya aku dan niichan dengar pesawat yang dinaiki mereka kecelakan. Selama seminggu tak ada kabar apa-apa. Dan pada akhirnya kami dengar di radio orang-orang yang tewas saat kecelakaan itu” Kira menahan napas sebentar.
“mereka termasuk orang yang tewas” kata Kira akhirnya dengan berat hati. Yuto, Yama, Chii, Dai-chan tak bisa berkata apa-apa. Mereka tak menyangka bahwa keluarga Kira sudah tak ada.
“Niichan sangat shock, aku pun begitu. Tapi kami berdua tak bisa melakukan apa-apa. Niichan mulai stress, sekolahnya jadi tak baik, nilainya terus menurun. Ia juga mulai pulang malam, aku sering sekali sendirian saat itu. Tapi lama-kelamaan aku mulai terbiasa dengan situasi itu.”
“Lalu selama ini siapa yang mengurus mu?” Tanya Chii akhirnya. “teman ayahku, dia orang baik. Setelah tau ayah dan ibu sudah tak ada, dia yang merawatku. Katanya dia mau membalas budi otousan yang selama ini baik padanya. Dia juga punya seorang anak, lebih tua setahun dari niichan. Sayang dia tak sebaik ayahnya. Padahal ayahnya percaya penuh padanya” kata Shida. Semua diam berpikir.
“lalu, emang dia seperti apa?” Tanya Yuto. “dia bos dari yakuza itu. Nama geng mereka adalah ‘DERION’ dari bahasa inggris yaitu The Lion. Dia yang menyeret niichan dalam dunianya. Niichan yang awalnya senang, mau ikut-ikutan. Dan akhirnya ia semakin galak dan jahat”
“Derion…:” kata Yama mengulang Kira. Tak menyangka segampang itu ia mendapatkan info mereka disaat saat mendesak.
Chii, Yuto, Yama, dan Dai-chan mencoba memastikan apakah Kira beneran atau tidak.
“Oke, akan kuputuskan besok. Apakah kau bisa membantu kami atau tidak, mengerti?”
“oke, aku mengerti. Kuharap kalian bisa menggunakan aku”
Lalu Kira melangkah pergi. “Jadi bagaimana?” Tanya Dai-chan, yang sejak tadi diam saja. “entahlah, aku jadi bingung. Menurutku kau pakai saja dia, Yama. Aku yakin mereka tak akan curiga” kata Yuto memberi saran pada Yama. Yama terlihat sangat berpikir keras.
Yama menatap Yuto pasti. “seperti yang sedang ku pikirkan sekarang, aku punya rencana bagus kali ini” kata Yama sambil tersenyum pada yang lain. Semua menatap Yama penasaran.
“mau tau? Sini semua”. Lalu semuanya segera berkumpul mengelilingi Yama. “jadi begini….” Bisik Yama pelan. Semua mengangguk mengerti.
Kringg… suara Hp Kira berbunyi pagi itu. Siapa sih yang menelpon pagi-pagi begini? Pikir Kira kesal. Ia segera bangun dari kasurnya dan menatap layar Hp nya. *private number calling*
Siapa sih? Udah nggak ada namanya lagi. Huhh, ganggu aja, rutuk Kira pelan. Ia mengangkat telepon itu.
“Ohayou..” sapa orang di seberang sana.
Kira yang awalnya matanya setengah terpejam kini langsung terbuka lebar.
“Yama?” kata Kira memasikan.
“Ya, ini aku. Aku sudah memutuskan kalau kau harus membantu kami. Hitung-hitung sebagai balas dendam ke niichan mu dan kau telah mau mencelakai aku dan Chii." ujar Yama. Dengan cepat Kira menjawab, "hai. Aku setuju. Jadi, kapan akan dilaksanakan? Dan apa saja yang harus kulakukan?" tanya Kira.
"besok siang, datang ke 'Sukisushi' sekitar jam 1an. Nanti aku, Yuto, Chii, Dai-chan, dan Shida akan berkumpul untuk membicarakan kembali ide ini"
"Shida ikut?" tanya Kira penasaran.
"yup, sudah lama dia memang ikut membantu. Tak disangka ternyata ada hubungannya dengan temannya sendiri" kata Yama diseberang sana. Nada sedikit menyindir Kira.
"ohh..." jawab Kira. Oke, memang aku ikut-ikutan, pikir Kira mengakui. "jadi, besok aku harus kesana, bawa sesuatu?" tanya Kira memastikan.
Tak ada jawaban diseberang sana. Sepertinya Yama sedang berpikir. Kira tetap menunggu. Akhirnya Yama menjawab, Kira menjadi lega.
"terserah. Mungkin kau bisa membawa buku dan alat tulis untuk mencatat agar tak lupa apa yang harus kamu lakukan nanti..." kata Yama, "oia, besok ada beberapa hal yang akan kami tanyakan untuk memperjelas informasi. Kau tak keberatan kan?"
"tidak, tidak sama sekali. Oke, terima kasih banyak Yama"
"doita." lalu Yama memutuskan sambungan.
Kira menatap teleponnya. "ASTAGA!! Aku lupa menanyakan bagaimana dia tau nomor Hp-ku" pekik Kira pelan. Dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu.
Yama menatap langit-langit kamarnya. Dasar nyusahin, pikir dia. Lalu melempar Hp nya ke atas kasur.
Dia mencoba mengingat-ingat percakapannya dengan Shida malam sebelumnya.
Malam itu udara cukup kencang, Yama dan Shida berduaan di taman dekat rumah.
"jadi tadi siang Kira menemuimu?" kata Shida kaget. Dilihat nya Yama mengangguk pelan. Baru saja Yama menceritakan tentang munculnya Kira yang tak di duga-duga itu.
Shida diam menatap Yama. "lalu kau mau memakai dia?" tanya Shida.
Yama mengangkat bahu. "entahlah, aku juga bingung. Sebenarnya aku mau saja memakai dia, apa lagi aku yakin para yakuza sama sekali tak akan curiga, tapi yang ku takutkan dia malah berbalik menyerang kita. Menurutmu bagaimana Shida-chan?" tanya Yama balik.
"menurutku Kira tak akan begitu" jawab Shida, ia memandang Yama dalam-dalam.
Yama tidak tau bahwa Shida melihat dia seperti itu, ia hanya diam memandang lurus.
Fiuhhh,,, Yama menghela napas. Otaknya sedang dipenuhi rencana.
"ya sudah deh, besok kita kumpul saja di 'Sukisushi', bagaimana?" tanya Yama, lalu menghadap ke arah Shida. Shida yang kaget langsung memalingkan mukanya malu.
"terserah dehh" kata Shida pelan.
"ntar kamu yang kasih tau Kira ya" kata Yama sedikit memohon. "hah? Watashi?" kata Shida kaget. "kenapa harus aku?"
"ayolah Shida, bantu aku. Aku kan gak gitu kenal dia, apalagi dia itu teman baikmu" kata Yama memohon. Ia membuat wajah nya menjadi lucu.
Shida tersenyum kecil, "jangan begitu deh. Gak apa-apalah. Nih aku kasih nomornya" kata Shida, lalu ia menarik Hp Yama yang sejak tadi Yama pegang. Shida memasukan nomor Hp Kira.
Yama hanya tersenyum kecut. "Shida pelit" kata Yama sambil melet.
Shida langsung nengok. "apa? Coba ulang?" kata Shida sambil bangkit berdiri berjalan mendekati Yama.
"pelit.. Pelit.." kata Yama, lalu dia tertawa keras.
"ohh gitu. Awas ya" lalu Shida mengejar Yama, Yama segera kabur.
Akhirnya selama beberapa menit, mereka main kejar-kejaran hingga capek.
Tokk.. Tokk.. Tokk... *suara ketukan pintu*
Yama kebali ke alamnya, menghilangkan bayangannya barusan.
"dare desuka?" tanya Yama dari dalam.
"Yama, udah bangun?" tanya seorang cewe di luarnya.
"mika-chan, doushitano?" tanya Yama. Jangan-jangan ada maunya nih, tumben nyari pagi-pagi. Pikir Yama.
"Yama, ntar siang temenin aku belanja ya. Buat ultah temenku. Dia cowo. Aku kan gak tau apa yang cowo suka, yaa..." kata Mika memohon.
Tuh kan, "hai.. Tapi jangan lama-lama ya" kata Yama dari dalam.
"okke. Sankyuu.. Chu chu" kata Mika lalu berjalan pergi.
Dasar tuh anak, pagi-pagi udah ngerepotin aja. Pikir Yama. Ia menggeleng kepala pelan.
Sementara itu, Yuto sedang sibuk menelpon Chinen dan Dai-chan untuk mengabarkan bahwa besok harus bertemu di Sukisushi.
"ayolah Chii, angkat dong Hp mu.." kata Yuto pada Hp nya sendiri. Sudah sejak tadi Yuto mencoba menelpon Chii tapi sampai saat ini belum di angkat juga. Ia melihat jam dikamarnya. Sudah jam 10. Masa Chii belum bangun juga? Pikir Yuto. Ia menggaruk-garuk kepalanya pusing.
Ia mencoba menelpon lagi.. Dan belum juga diangkat.
"Chii!! Kamu masih hidup kan?" katanya pada diri sendiri.
Yuto berjalan mondar mandir di dalam kamar, sekarang ia mencoba menelpon Dai-chan. *tutt.. Tutt.. Tutt...* nada sambung masih terdengar, Dai-chan belum juga mengangkat, Yuto semakin pusing. *tulalit.. Tulalit..*
"AHHH....." teriak Yuto dari dalam kamar, lalu ia melempar Hp nya ke atas meja belajar.
Tiba-tiba pintu terbuka dan muncul sebuah kepala. "niichan, doushita no?"
"Raiya!! Ada apa masuk?" tanya Yuto balik.
"niichan! Kan aku tanya duluan, kenapa balik nanya??" kata Raiya ga mau kalah.
"iie, dasar adik bandel. Sekarang kamu kenapa?"
"dari tadi aku denger Niichan marah-marah sendiri didalam kamar. Kirain kenapa, manggil nama Chii-niichan sama Dai-niichan"
"aaa, masa mereka ga angkat teleponku? Padahal udah bolak-balik ditelepon" kata Yuto, lalu ia duduk di atas kasur.
"kalau ga bisa telepon, kenapa ga SMS aja? Ntar juga mereka tau" kata Raiya.
Yuto segera berdiri. "ahhh... Pintar kamu. Kenapa ga kepikiran dari tadi ya? hahaha" kata Yuto lalu mulai ngetik SMS. "Niichan payah ahh, wee.." kata Raiya sambil meletin kakaknya itu, lalu kabur. Yuto tidak peduli, ia cuma mencibir lalu mulai menulis.
Dan *send*
saat itu juga, dikamar Chii.
Chii sedang kedatangan tamu dikamar, lebih tepatnya ada Dai-chan disana. Mereka berdua asyik bicara sehingga tidak sadar bahwa Hpnya sejak tadi bergetar. Mereka sedang membicarakan sesuatu yang penting.
"ahh ia Chii. Aku sama sekali tak sadar dia bicara begitu" kata Daiki menanggapi.
"jadi menurutmu, mana yang benar?" tanya Chii. Dai-chan hanya mengangkat bahu.
"ini penting, apakah aku harus bilang ke yang lain juga tentang ini?" "menurutku kamu harus bilang, Chii. Mungkin aja yang lain tidak sadar."
sebenarnya mereka sedang membicarakan Kira. Chii menemukan ada yang janggal dengan Kira.
Waktu itu Kira pernah bilang bahwa niichannya pernah dikurung sama orangtuanya, tetapi saat mereka terakhir bertemu, Kira bilang bahwa orangtuanya telah meninggal saat kecelakaan. Jadi mana yang benar dari cerita Kira? Itulah yang sedang merek perdebatkan sejak tadi jam 9 hingga sekarang, makanya mereka berdua tidak mendengar Telepon Yuto.
"lalu kapan aku kasih tau?" tanya Chii polos. Dai-chan menjitak kepala Chii. "kok nanya? Ya secepatnya lahh. Apa mau nunggu tahun depan?" Chii baru saja buka mulut mau menjawab, tiba-tiba Chii sadar dari tadi Hp nya kedap-kedip apa panggilan. Chii menghampiri Hp nya yang tergeletak diatas Tv. "dari Yuto" kata Chii.
Setelah Chii membaca SMS dari Yuto, ia ketawa beberapa lama hingga Daiki yang melihatnya bingung sendiri.
"lihat Hp mu Dai-chan, ternyata sejak tadi Yuto berusaha menghubungi kita"
lalu Dai-chan, ia langsung kaget pas liet ada 20 miscall dari Yuto dan 1 sms.
BERSAMBUNG
Part 18
Yatta...
akhirnya cerita ini berlanjut juga,,,
~~~~~
Ketika Yama dan Shida terdiam, mereka di datangi seorang polisi yang sejak tadi mengamati mereka berdua.
“minna san, konnichiwa” sapa sang polisi ramah.
Yama dan Shida kaget, lalu dengan buru-buru mereka menjawab, “konnichiwa”
“doushita no?” Tanya si polisi.
“anoo.. ojisan tau siapa pemilik rumah itu?” Tanya Yama sambil menunjuk rumah itu. Polisi menatap rumah itu beberapa lama barulah ia menjawab.
“ohh, rumah itu. Rumah itu milik orang kaya yang anaknya tinggal disana, baru sekitar dua tahunan sih. Emangnya kenapa?” Tanya polisi menyelidik.
Yama dan Shida menggeleng berbarengan, barulah Shida menambahkan. “sebenarnya kami mendapat tugas sekolah untuk menyelidiki tempat kantor polisi. Misalnya daerah sekitarnya. Ngg, ojisan bisa bantu?” Tanya Shida sedikit memohon dan berbohong. Pinter juga dia berbohong, pikir Yama dalam hati.
Sepertinya polisi tersebut mulai percaya pada Yama dan Shida, sebab ia mulai menjelaskan sesuatu yang berhubungan dengan kantor polisi. Akhirnya Yama dan Shida mau tidak mau harus mendengarkan ocehan polisi tersebut.
“Bagaimana?” Tanya Chinen saat bertemu dengan Yamada.
“Kata polisi yang tinggal disana adalah anaknya orang kaya. Dan kau tau aku ketemu siapa?” katanya pada Chii. Chii menggeleng tak tau. “Kau masih ngat dengan Ken?” Chii mengangguk. “Disana ada adiknya Ken!!” Kata Yama dengan penuh semangat.
Chii membelalakan matanya yang hitam itu. “NANI?? Adiknya Ken? Kok bisa?” Kata Chii kaget. Yama hanya mengangkat bahu. “Yang aku lihat sih begitu. Ketika aku dan Shida diam memperhatikan rumah itu, tiba-tiba dia muncul dari dalam. Untung dia tidak begitu mengenal kami berdua”
“Lalu apa yang dia lakukan disana?” Tanya Chii semakin penasaran. Yama mencoba mengingat-ingat kejadian itu. “kalau tak salah, datang teman-temannya yang lain. Tapi menurutku mereka sama sekali tak mirip dengan yakuza, malah lebih seperti seorang yang rajin belajar, yahh… anak baik-baik gitulah”
Chii manggut-manggut. Pintar sekali mereka semua, pikir Chinen.
“Yama, besok anterin aku kesana boleh? Aku mau tau seperti apa sarang mereka” kata Chii sedikit memohon, ia memasang tampang memelasnya. “Iya, Chii. Dan kamu juga gak perlu memasang tampang seperti itu dong, gak ngaruh ke aku” iseng Yama. Memang Chii sudah sering melakukan itu, sampai-sampai Yama sudah kebal melihatnya. Chii langsung terkekeh.
“Yama jahat ah, jangan begitu dong. Oia, ima nanji desuka?” Tanya Chii tiba-tiba.
“ngg… yon ji. Nande?” Tanya Yama bingung.
“ee? Yon? Uwaa… YABAII NE” teriak Chii menganggetkan Yama.
“doushita no?” Tanya Yama ikutan panic, ia terpengaruh dengan Chii padahal tak tau apa-apa.
“aduhh, aku janjian sama Dai-chan jam setengah empat, tapi sekarang udah jam empat. Anoo, udah dulu ya Yama, jaa ne” kata Chii sambil berlalu pergi. Sebelum Chii sempat menghilang dari pandangan Yama, buru-buru Yama menjawab “jaa ne”.
Esok hari, sekitar jam 12 siang, Yama, Chii, Dai-chan, dan Yuto pergi ke tempat sarang yakuza. Kali ini mereka berpura-pura sedang jalan-jalan siang di daerah itu, untuk mengelabui yakuza dan tidak membuat polisi curiga.
Ketika Yuto, Chii, dan Dai-chan pertama kali melihat, mereka sama sekali tak percaya bahwa ternyata seperti itulah tempat yakuza itu bersembunyi. Sampai-sampai Yama dengan susah payah menjelaskan semuanya sehingga teman-temannya itu mengerti.
“tapi Yama, aku masih bingung dengan pikiran mereka. Kenapa mereka malah memilih tempat di dekat polisi di banding dengan tempat yang jauh dan tersembunyi dari polisi” kata Chii.
“hmm… menurutku mungkin rumah itu di beli oleh orang tua bos yakuza, tetapi orang tuanya tidak tau bahwa rumah yang dibelinya malah di pakai buat perkumpulan yakuza. Dikiranya anaknyalah yang memakai. Apa lagi cara penyamaran mereka benar-benar bagus. Aku yakin pasti tak ada yang menyangka bahwa mereka adalah sekelompok yakuza” jelas Yama. Yang lain hanya manggut-manggut diantara mengerti dan tidak dengan penjelasan Yama barusan.
“Lalu apa yang mesti kita lakukan? Percuma kita mengetahui sarang mereka tanpa melakukan sesuatu” kata Yuto. Tumben-tumbennya dia bisa berpikir dewasa seperti itu.
“Aku setuju dengan Yuto. Percuma kalau kita diam saja, bisa-bisa nanti malah makin banyak korban seperti Yura, Yuto, dan Chii. Yahh, walau kita sudah tau siapa pelakunya buat Chii itu” kata Yama.
Semua terdiam memikirkan cara untuk menangkap yakuza itu. Selama beberapa saat suasana hening hingga akhirnya Dai-chan yang bicara.
“Bagaimana kalau kita pancing mereka?” Tanya Dai-chan pada Yama, Chii, dan Yuto.
“maksudmu?” Tanya Chii tak mengerti.
“Begini, jadi diantara kita pura-pura nyasar, lalu kita melihat rumah itu dan mau bertanya jalan pada pemilik rumah itu. Kemungkinan kita bisa melihat seperti apa pemilik rumah itu.”
“kalau ditanya, kenapa tidak Tanya pada polisi? Padahal di dekat sana ada kantor polisi” kata Chii.
“yaa, benar. Malah mungkin mereka malah curiga kala kita malah bertanya pada dia bukan pada polisi” Kata Yama menimpali.
Semua kembali berpikir keras, mereka semua masih berdiri di taman dekat situ sambil mengamati rumah itu dari kejauhan. Sampai tiba-tiba perut mereka mulai berbunyi karena lapar.
“aduh, kita cari makan yuk. Sekarang udah jam setengah dua nih” kata Yuto sambil memegangi perutnya yang mulai minta diisi. Mereka baru menyadari ternyata hari sudah mulai sore, dan mereka sudah lama duduk-duduk di taman itu.
“ayo, aku juga sudah lapar nih” kata Dai-chan.
Lalu mereka semua bangkit berdiri dan berjalan meninggalkan tempat itu.
Sekitar jam dua-an, mereka berempat tiba di hoka-hoka bento. Mereka mulai makan dengan lahap karena sudah sangat kelaparan. Selagi makan, tiba-tiba Chii dapat ide untuk melihat siapa pemilik rumah tersebut.
“aduh Chii, mending kamu abisin dulu makanan yang ada di mulutmu, aku gak tau kamu ngomong apa” komentar Dai-chan ketika Chii tiba-tiba mulai berbicara dengan mulut penuh.
Chii mulai mengunyah dengan cepat dan menelan makanannya. Lalu Yama yang komentar, “Chii, awas entar kesedek. Baru digigit beberapa kali udah di telen, dari wajah ku keliatan tau kalau tadi susah di telan”. Tapi Chii tak menanggapi ucapan Yama hingga akhirnya dia benar-benar kesedek.
“uhuukk… uhuukk… “ Chii mulai terbatuk-batuk.
“Kore” Kata Yuto sambil menyodorkan segelas mizu (air) pada Chii.
“Tuh kan aku bilang juga apa, kunyah makanan tuh yang bener”
“gomen, uhukk… soalnya.. uhukk..” kata Chii masih terbatuk-batuk.
“udah udah, jangan ngomong dulu, minumnya abisin tuh” kata Dai-chan. Lalu Chii mulai menghabiskan air putihnya itu.
“jadi gini, gimana kalau kita jualana di daerah situ. Kita tawarin dari rumah ke rumah yang berada di daerah itu, termasuk kantor polisi. Aku yakin ‘dia’ tak akan curiga sama kita” Kata Chii mengutarakan pikirinnya.
Chii melihat Yama, Yuto, dan Dai-chan secara bergantian. “ngg, siapa yang akan jualan?” Tanya Yama tiba-tiba. Ia hanya sedang mencoba apakah cara itu baik atau tidak.
“Siapa aja, asalkan jangan Yuto, Yura, atau aku. Sebab aku yakin mereka sudah tau siapa kami bertiga”
“Lalu siapa?” Tanya Yuto bingung.
“Bagaimana kalau aku saja” kata seseorang yang ternyata sedari tadi berdiri tepat di belakang Yama.
Semua menatap orang itu dengan mata terbelalak kaget.
BERSAMBUNG,,,
------
tidak lupa di comment ya,,,
Bagi yang baca XD
akhirnya cerita ini berlanjut juga,,,
~~~~~
Ketika Yama dan Shida terdiam, mereka di datangi seorang polisi yang sejak tadi mengamati mereka berdua.
“minna san, konnichiwa” sapa sang polisi ramah.
Yama dan Shida kaget, lalu dengan buru-buru mereka menjawab, “konnichiwa”
“doushita no?” Tanya si polisi.
“anoo.. ojisan tau siapa pemilik rumah itu?” Tanya Yama sambil menunjuk rumah itu. Polisi menatap rumah itu beberapa lama barulah ia menjawab.
“ohh, rumah itu. Rumah itu milik orang kaya yang anaknya tinggal disana, baru sekitar dua tahunan sih. Emangnya kenapa?” Tanya polisi menyelidik.
Yama dan Shida menggeleng berbarengan, barulah Shida menambahkan. “sebenarnya kami mendapat tugas sekolah untuk menyelidiki tempat kantor polisi. Misalnya daerah sekitarnya. Ngg, ojisan bisa bantu?” Tanya Shida sedikit memohon dan berbohong. Pinter juga dia berbohong, pikir Yama dalam hati.
Sepertinya polisi tersebut mulai percaya pada Yama dan Shida, sebab ia mulai menjelaskan sesuatu yang berhubungan dengan kantor polisi. Akhirnya Yama dan Shida mau tidak mau harus mendengarkan ocehan polisi tersebut.
“Bagaimana?” Tanya Chinen saat bertemu dengan Yamada.
“Kata polisi yang tinggal disana adalah anaknya orang kaya. Dan kau tau aku ketemu siapa?” katanya pada Chii. Chii menggeleng tak tau. “Kau masih ngat dengan Ken?” Chii mengangguk. “Disana ada adiknya Ken!!” Kata Yama dengan penuh semangat.
Chii membelalakan matanya yang hitam itu. “NANI?? Adiknya Ken? Kok bisa?” Kata Chii kaget. Yama hanya mengangkat bahu. “Yang aku lihat sih begitu. Ketika aku dan Shida diam memperhatikan rumah itu, tiba-tiba dia muncul dari dalam. Untung dia tidak begitu mengenal kami berdua”
“Lalu apa yang dia lakukan disana?” Tanya Chii semakin penasaran. Yama mencoba mengingat-ingat kejadian itu. “kalau tak salah, datang teman-temannya yang lain. Tapi menurutku mereka sama sekali tak mirip dengan yakuza, malah lebih seperti seorang yang rajin belajar, yahh… anak baik-baik gitulah”
Chii manggut-manggut. Pintar sekali mereka semua, pikir Chinen.
“Yama, besok anterin aku kesana boleh? Aku mau tau seperti apa sarang mereka” kata Chii sedikit memohon, ia memasang tampang memelasnya. “Iya, Chii. Dan kamu juga gak perlu memasang tampang seperti itu dong, gak ngaruh ke aku” iseng Yama. Memang Chii sudah sering melakukan itu, sampai-sampai Yama sudah kebal melihatnya. Chii langsung terkekeh.
“Yama jahat ah, jangan begitu dong. Oia, ima nanji desuka?” Tanya Chii tiba-tiba.
“ngg… yon ji. Nande?” Tanya Yama bingung.
“ee? Yon? Uwaa… YABAII NE” teriak Chii menganggetkan Yama.
“doushita no?” Tanya Yama ikutan panic, ia terpengaruh dengan Chii padahal tak tau apa-apa.
“aduhh, aku janjian sama Dai-chan jam setengah empat, tapi sekarang udah jam empat. Anoo, udah dulu ya Yama, jaa ne” kata Chii sambil berlalu pergi. Sebelum Chii sempat menghilang dari pandangan Yama, buru-buru Yama menjawab “jaa ne”.
Esok hari, sekitar jam 12 siang, Yama, Chii, Dai-chan, dan Yuto pergi ke tempat sarang yakuza. Kali ini mereka berpura-pura sedang jalan-jalan siang di daerah itu, untuk mengelabui yakuza dan tidak membuat polisi curiga.
Ketika Yuto, Chii, dan Dai-chan pertama kali melihat, mereka sama sekali tak percaya bahwa ternyata seperti itulah tempat yakuza itu bersembunyi. Sampai-sampai Yama dengan susah payah menjelaskan semuanya sehingga teman-temannya itu mengerti.
“tapi Yama, aku masih bingung dengan pikiran mereka. Kenapa mereka malah memilih tempat di dekat polisi di banding dengan tempat yang jauh dan tersembunyi dari polisi” kata Chii.
“hmm… menurutku mungkin rumah itu di beli oleh orang tua bos yakuza, tetapi orang tuanya tidak tau bahwa rumah yang dibelinya malah di pakai buat perkumpulan yakuza. Dikiranya anaknyalah yang memakai. Apa lagi cara penyamaran mereka benar-benar bagus. Aku yakin pasti tak ada yang menyangka bahwa mereka adalah sekelompok yakuza” jelas Yama. Yang lain hanya manggut-manggut diantara mengerti dan tidak dengan penjelasan Yama barusan.
“Lalu apa yang mesti kita lakukan? Percuma kita mengetahui sarang mereka tanpa melakukan sesuatu” kata Yuto. Tumben-tumbennya dia bisa berpikir dewasa seperti itu.
“Aku setuju dengan Yuto. Percuma kalau kita diam saja, bisa-bisa nanti malah makin banyak korban seperti Yura, Yuto, dan Chii. Yahh, walau kita sudah tau siapa pelakunya buat Chii itu” kata Yama.
Semua terdiam memikirkan cara untuk menangkap yakuza itu. Selama beberapa saat suasana hening hingga akhirnya Dai-chan yang bicara.
“Bagaimana kalau kita pancing mereka?” Tanya Dai-chan pada Yama, Chii, dan Yuto.
“maksudmu?” Tanya Chii tak mengerti.
“Begini, jadi diantara kita pura-pura nyasar, lalu kita melihat rumah itu dan mau bertanya jalan pada pemilik rumah itu. Kemungkinan kita bisa melihat seperti apa pemilik rumah itu.”
“kalau ditanya, kenapa tidak Tanya pada polisi? Padahal di dekat sana ada kantor polisi” kata Chii.
“yaa, benar. Malah mungkin mereka malah curiga kala kita malah bertanya pada dia bukan pada polisi” Kata Yama menimpali.
Semua kembali berpikir keras, mereka semua masih berdiri di taman dekat situ sambil mengamati rumah itu dari kejauhan. Sampai tiba-tiba perut mereka mulai berbunyi karena lapar.
“aduh, kita cari makan yuk. Sekarang udah jam setengah dua nih” kata Yuto sambil memegangi perutnya yang mulai minta diisi. Mereka baru menyadari ternyata hari sudah mulai sore, dan mereka sudah lama duduk-duduk di taman itu.
“ayo, aku juga sudah lapar nih” kata Dai-chan.
Lalu mereka semua bangkit berdiri dan berjalan meninggalkan tempat itu.
Sekitar jam dua-an, mereka berempat tiba di hoka-hoka bento. Mereka mulai makan dengan lahap karena sudah sangat kelaparan. Selagi makan, tiba-tiba Chii dapat ide untuk melihat siapa pemilik rumah tersebut.
“aduh Chii, mending kamu abisin dulu makanan yang ada di mulutmu, aku gak tau kamu ngomong apa” komentar Dai-chan ketika Chii tiba-tiba mulai berbicara dengan mulut penuh.
Chii mulai mengunyah dengan cepat dan menelan makanannya. Lalu Yama yang komentar, “Chii, awas entar kesedek. Baru digigit beberapa kali udah di telen, dari wajah ku keliatan tau kalau tadi susah di telan”. Tapi Chii tak menanggapi ucapan Yama hingga akhirnya dia benar-benar kesedek.
“uhuukk… uhuukk… “ Chii mulai terbatuk-batuk.
“Kore” Kata Yuto sambil menyodorkan segelas mizu (air) pada Chii.
“Tuh kan aku bilang juga apa, kunyah makanan tuh yang bener”
“gomen, uhukk… soalnya.. uhukk..” kata Chii masih terbatuk-batuk.
“udah udah, jangan ngomong dulu, minumnya abisin tuh” kata Dai-chan. Lalu Chii mulai menghabiskan air putihnya itu.
“jadi gini, gimana kalau kita jualana di daerah situ. Kita tawarin dari rumah ke rumah yang berada di daerah itu, termasuk kantor polisi. Aku yakin ‘dia’ tak akan curiga sama kita” Kata Chii mengutarakan pikirinnya.
Chii melihat Yama, Yuto, dan Dai-chan secara bergantian. “ngg, siapa yang akan jualan?” Tanya Yama tiba-tiba. Ia hanya sedang mencoba apakah cara itu baik atau tidak.
“Siapa aja, asalkan jangan Yuto, Yura, atau aku. Sebab aku yakin mereka sudah tau siapa kami bertiga”
“Lalu siapa?” Tanya Yuto bingung.
“Bagaimana kalau aku saja” kata seseorang yang ternyata sedari tadi berdiri tepat di belakang Yama.
Semua menatap orang itu dengan mata terbelalak kaget.
BERSAMBUNG,,,
------
tidak lupa di comment ya,,,
Bagi yang baca XD
Thursday, March 24, 2011
[fanfic] Sweet memory
Ke-5 cowo Kakoii dan kawaii sedang berkumpul di kantor Jimusho. Siapa kagi kalau bukan sebagian dari member Hey!Say!JUMP yang tak lain adalah Takaki Yuya, Chinen Yuri, Yamada Ryosuke, Nakajima Yuto, dan Daiki Arioka. Mereka sedang berkumpul menunggu member lain berkumpul juga.
Selagi menunggu, mereka mengenang masa lalu di saat masih ber-5. Saat mereka semua masih membentuk grup Hey!Say!7.
“Sudah lama sekali ternyata, aku kangen masa-masa seperti dulu” kata Yamada Ryosuke memulai, yang lain mengangguk tanda setuju. “Dulu aku masih belum akrab dengan siapa-siapa, harus membiasakan diri dulu. Aku hanya dekat dengan Yuto-kun” Kata Yama sambil memandang kearah Yuto.
“Iya, soalnya dulu kita juga belum tau satu sama lain. Berbeda dengan sekarang, kita sudah ber-10, kita juga sudah lama bersama” lanjut Yuto.
“24 September 2007, hari dimana pada akhirnya Hey!Say!JUMP terbentuk”
“Dan Hey!Say!7 bubar” lanjut Daiki. “husshh… seenaknya! Hey!Say!7 tidak bubar. Buktinya kita masih bersama hingga sekarang” lanjut Chinen.
“Benar kata Chinen, Hey!Say!7 tidak bubar, hanya berubah nama, dan beberapa membernya berubah. Kalau bubar, kita tidak mungkin bersama di grup yang sama, apa lagi hanya kata ‘7’ berubah menjadi ‘JUMP’ saja” lanjut Yama.
“Tapi, hanya Yama, Chii, dan Yuto saja yang tidak berubah. Tetap di Hey!Say!7. Kalau kami, pindah menjadi di ‘BEST’” ucap Takaki.
“Benar.. Benar.. aku dan Yuya sudah tidak di ‘7’ lagi” ucap Daiki, ia menundukan kepalanya.
“hei, aku rasa, Yama sekarang sudah tidak nempel-nempel dengan Yuto lagi. Kalau dulu, dimana ada Yuto, pasti ada Yama”. “Kau kira aku hanya boleh dengan Yuto?” Tanya Yama pada Daiki. Ia baru mau saja memprotes tetapi di dahului oleh Yuto.
“Waktu bisa mengubah segalanya Dai-chan. Lihat, Chinen juga tidak semanja dulu dengan Yuya” kata Yuto, melirik Chii dan Yuya. Yang di lirik hanya nyengir bagaikan kuda. *siap siap di tambok Takachii*
“iya, sekarang Yama nempel dengan Chii” kata Yuya.
“Yama yang nempel dengan Chii apa Chii yang nempel dengan Yama?” Tanya Daiki.
“dua-duanya!!” teriak Yuto.
“hei hei *say*, aku sama Chii masih ada disini loh. Bareng kalian juga, jangan ngeggosipin kami di depan kami” sambung Yama protes. Ia tidak senang di bicarakan begitu dengan teman-temannya.
“emang kami nggak akrab lagi Yuto-kun? Perasaan nggak deh” Tanya Yama pada Yuto, yang di Tanya hanya mengangkat bahu. Yuto tau kalau ucapan yang lain benar. Yama sudah berbeda sekarang. Sudah jarang bersamanya. Ia lebih memilih bersama dengan Chii dibanding dengan dirinya sekarang.
Itu lah sebabnya, Okamoto Keito menjadi pelariannya. Bukannya bermaksud jahat, tapi Keito mengerti posisinya sekarang. Keito tau bahwa Yuto akrab dengan Yama, sangat tau malah.
“oia, dulu Yuto-kun juga dianggap sebagai leader kita kan?” kata Chii tiba-tiba.
“iaa, padahal dia lebih muda dari aku dan Daiki”. “kan dia anak kesayangannya….” Gantung Daiki. Yuto hanya tersipu malu, mukanya memerah. “dan salah satu JE terbaik” sambung Yuya.
“itulah sebabnya apa-apa Yuto terus. Dia selalu berdiri paling depan, paling banyak di sorot. Dulu aku hanya menjadi penari latarnya saja” ujar Yama nggak mau kalah, ia mengenang masa-masa saat ia baru menjadi junior. Ia selalu berdiri di belakang Yuto, menari, berputar-putar, hanya sedikit disorot oleh kamera. Sedangkan Yuto, sendiri menyanyi sambil menari. Fansu-nya juga banyak sekali. Kecil-kecil sudah begitu hebat, bagaimana ketika sudah besar?
“kau cemburu Yama-chan?” Tanya Chii.
“tidak tidak, aku biasa saja kok. Lihat sekarang, aku sudah seperti di lupakan. Yama-chan-lah JE terbaik sekarang. Posisiku dulu sudah bertukar pada mu” ujar Yuto. Sebenarnya di amat sedih membicarakan ini. Tapi mau bagaimana lagi, nasi sudah menjadi bubur. Waktu tak bisa kembali terulang, mau tidak mau ia harus dengan tegar menerima kenyataan.
“gomen, Yuto-kun”
Yuto menggelengkan kepala tak setuju. Ia tau Yama bekerja sangat keras demi mendapatkan posisinya sekarang.
“sudah ah, ntar kalian malah larut dalam kesedihan. Aku tidak mau” kata Yuya, sok dewasa.
“minna, aku jadi ingin nari dan nyanyi seperti dulu lagi” kata Chii manja. Ia menarik-narik lengan member lain, memaksanya. Semua mengerutkan kening bingung maksud anak satu itu.
“Bukannya kita hingga sekarang memang seperti itu?” Tanya Yuya bingung.
“iee, maksudnya ayo kita nyanyi dan menari seperti di PV Hey!Say! dulu. Itu lohh… masa kalian lupa? Single pertama kita?” semua saling menatap. Mereka setuju. Di saat semua belum datang, tidak ada salahnya kalau mereka mengenang kembali saat-saat mereka masih ber-5.
“yoshh.. mari kita lakukan kembali” kata Yama, bangkit berdiri. Menyalakan musiknya, mereka masih hafal betul posisi, gerakan, nyanyian hingga yang sedetil-detilnya.
Tidak sampai 1 menit, mereka sudah memulai tarian mereka. Sama persis dengan PV mereka.
Ekspresi mereka terlihat betul kalau mereka sangat senang, kangen masa lalu, terpancar jelas di wajah mereka masing-masing.
Tokimeku kimochi de everyday hajimetara ii janai
Tidakah ini baik untuk memulai setiap hari dengan perasaan gelisah
Ookina tsubasa ga areba Hadaka de ii janaii
Tidakah ini baik untuk kegagalan jika kita memiliki sayap yang lebar
Mita koto no nai sekai e yuuki wo dashite tobidashou
Kita dengan berani terbang keluar untuk dunia baru yang tidak terlihat
Kimi wo tsuredasu yo hazukashi garazuni
Aku akan membawamu di suatu tempat tanpa perasaan malu
Ima futari kiri love ga hora, love ga hora
Sekarang kita sendiri, melihat cinta, melihat cinta
…..
TAMAT
maap ya kalo ga jelas,,
:D
Thursday, March 3, 2011
In my mind,,, #abaikan
huff...
akhir-akhir ini aku sering banget nge-hayal..
Apa karena udah jarang update tentang JUMP?
maybe,,
Aku cuma mau nge-share khayalan yang paling sering muncul dikelapa kepala ku,,
Tau deh, nongol dari mana..
Hey!Say!JUMP, alias HSJ, mondar-mandir di mall favoritku. Sebenarnya nggak favorit sihh, cuma sering ku datengin aja karena deket banget dari rumah...
*ya iyalah, 5 menit naik mobil dari rumah*
Mungkin mereka lagi berlibur di Indo *amin! AMIN!!*
Nyampe di Tangerang, terus ke mall itu..
Sampai sana, mereka mencar..
trus nyasar disana *lebay amat yahh?*
Ketemupenolong aku,,
tapi mereka masih panik ga tau jalan..
dengan sok baik (dan berani tentunya), aku datengin mereka (anak 7)...
mereka cumacengok bengong nge-liet aku datengin..
dan sok kenal sok akrab, aku bilang gini,,
"Hey!Say!JUMP desuka?" #plak udah tau nanya..
mereka semua ngangguk, tampangnya jadi cerah. kirain ga ada yang kenal mereka..
"doushita no?"
mereka bilang 'nyasar' pake bahasa jepang.
Ya udah aku bantuin mereka nyari anak BEST..
udah ketemu, jangan lupa minta imbalan..
FOTO BARENG! TANDA TANGAN!BERKUNJUNG KE RUMAHKU!
Hahahaha....
khayalannya aneh banget,,
maklum, buat nge-hibur diri..
ga ada kerjaan,,
stres banyak ulangan,,
de el el,,
plis yang baca jangan dimasukin ke hati..
di buang aja ke laut *????*
namanya juga khayalan..
apa pun boleh terjadi..
dari yang wajar sampai yang ngga wajar..
dari yang normal sampai yang aneh..
apa pun dapat terjadi,,
akhir-akhir ini aku sering banget nge-hayal..
Apa karena udah jarang update tentang JUMP?
maybe,,
Aku cuma mau nge-share khayalan yang paling sering muncul di
Hey!Say!JUMP, alias HSJ, mondar-mandir di mall favoritku. Sebenarnya nggak favorit sihh, cuma sering ku datengin aja karena deket banget dari rumah...
*ya iyalah, 5 menit naik mobil dari rumah*
Mungkin mereka lagi berlibur di Indo *amin! AMIN!!*
Nyampe di Tangerang, terus ke mall itu..
Sampai sana, mereka mencar..
trus nyasar disana *lebay amat yahh?*
Ketemu
tapi mereka masih panik ga tau jalan..
dengan sok baik (dan berani tentunya), aku datengin mereka (anak 7)...
mereka cuma
dan sok kenal sok akrab, aku bilang gini,,
"Hey!Say!JUMP desuka?" #plak udah tau nanya..
mereka semua ngangguk, tampangnya jadi cerah. kirain ga ada yang kenal mereka..
"doushita no?"
mereka bilang 'nyasar' pake bahasa jepang.
Ya udah aku bantuin mereka nyari anak BEST..
udah ketemu, jangan lupa minta imbalan..
FOTO BARENG! TANDA TANGAN!
Hahahaha....
khayalannya aneh banget,,
maklum, buat nge-hibur diri..
ga ada kerjaan,,
stres banyak ulangan,,
de el el,,
plis yang baca jangan dimasukin ke hati..
di buang aja ke laut *????*
namanya juga khayalan..
apa pun boleh terjadi..
dari yang wajar sampai yang ngga wajar..
dari yang normal sampai yang aneh..
apa pun dapat terjadi,,
Subscribe to:
Posts (Atom)