Saturday, October 2, 2010

part 12

"Teman-teman! Dengar! Apa yang kutemukan?" kata Chii dengan semangat di depan Yuto dan teman2 lainnya.
"kau ketemu apa? Kucing ilang?" jawab Daiki nggk peduli.
"ihh, dai-chan! Aku serius. Aku tau kalau aku imut, tapi jangan gitu dong.." kata Chii sambil nyengir kuda.
"ii.. Ge-er kamu, Chii" Dai-chan mendorong Chii pelan.
"makanya, denger aku dulu. Gini.. Aku kemarin ketemu orang pakai tato kepala singa"
"apaa??" tanya Takaki Yuya.
"orang yang pakai tato kepala singa..." ulang Chinen.
"bukan.. Bukan.. Maksudku emangnya kenapa kalau ada yang pakai tato gambar kepala singa?? Bukannya itu wajar aja?" kata Yuya bingung.
"hah? Kau tak tahu??" tanya Shida. Yuya hanya menggelengkan kepala tanda tak tahu.
"yaa... Ketinggalan dong. Gini, Yuto menemukan tanda di orang yang mau menghajar Yura waktu itu. Di setiap anggota yakuza nya punya tanda kepala singa." Yuya hanya mengangguk-anggukan kepala.
"terus??"
"kemarin aku ketemu salah satu anggota yakuza sadis itu."
"semua yakuza emang sadis, Chii" sambung Shida. Chinen hanya ketawa.
"sugoii...." jawab Yuya lagi.
"apanya yang sugoii?"
"sugoii lah.. , Chii bisa ketemu anggota itu" kata Yuya sambil melirik Chii.
"terus bagaimana??" sambung Yama.
"orangnya tinggi besar, terus rambutnya panjang. Wajahnya garang"
"tinggi besar?" tanya Yuya
"pasti semuanya tinggi besar menurut Chii. Dia kan kecil, jadi semuanya terlihat besar" goda Dai-chan
"Dai-chan!!! aku serius nihh.." teriak Chii, sudah mulai marah.
Semua terkikik geli melihat mereka berdua.
"cuma bercanda, Chii. jangan marah dulu donk" kata Daiki memelas.
Chii menarik napas panjang, lalu mulai melanjutkan kembali.
"kemarin Chiya sempat melihat buku apa yang di pegang orang itu. Rata-rata temanya tentang polisi."
semua terdiam ingin mendengar kelanjutan berita dari Chii.
"aku ketemu dia sekitar jam.... Mm.... 2 siang."
"buku tentang polisi? Apa dia mau menyelidiki sesuatu ya? agar polisi tidak curiga dengan tingkah laku mereka. Dasar penjahat yang cerdas." ujar Yama. Semua manggut-manggut saja.
"otakmu pintar sekali Yama, aku saja tidak bisa berpikiran seperti itu." kata Chii.
"otakmu kan isinya main terus Chii. Kamu kan masih kecil." kata Dai-chan.
Chii kesel lalu ia mencuekin Dai-chan. Mulut Chii langsung manyun 5 cm. Semua langsung menahan tawa tak tahan melihat Chii di godain Dai-chan terus sedari tadi.
"udah ah, aku kesel. Di katain terus sama Dai-chan. Huh..." kata Chii ngambek, ia bangkit berdiri lalu keluar dari ruangannya Yuto di rumah sakit.
"jangan Chii...." panggil Dai-chan, tapi sambil ketawa.
Chii tetap ngambek gak mau mendengar panggilan Dai-chan. Setelah Chii keluar, semua langsung ngakak kencang-kencang.
"ahh... Kamu sih Dai-chan" kata Yuto sambil ketawa.
"hahaha... Gak tau kenapa hari ini aku seneng banget bisa ngerjain dia. Lagi iseng aja"
Yuto hanya geleng-geleng kepala.
"sebenarnya gini, Yuto. tadi di sekolah si Chinen tuh ngejawab semua pertanyaan dari sensei" Yama menjelaskan.
"terus, apa hubungannya??"
"nah, Dai-chan tadi bengong di kelas. Lalu soal terakhir harus Dai-chan yang jawab. Tapi karena si Chinen nggak dengar, dia langsung maju dengan santai lalu ngerjain di depan. Semuanya langsung bengong nge lihat Chii yang maju, udah Pd maju ehh... Jawabannya salah." kata Yama
"terus sensei bilang 'makanya, kalau orang ngomong dengerin dulu. Jangan sok bisa gitu' terus si Chii di ketawain satu kelas" lanjut Yama lagi.
Yuto hanya ketawa.
"kasihan banget ya Chinen" kata Yuto nyengir.
Dai-chan hanya ngangguk-ngangguk. "harusnya aku, eh malah Chii yang kena. Hahaha..."
"Dai-chan.. Dai-chan... Dasar kamu tuh ya" kata Yuya, ia kasihan mendengar 'kisah' Chii tadi dari Yama.
"tenang saja, besok juga dia sudah tidak marah lagi kok" kata Dai-chan enteng.
"kalau kalian berantem, aku gak tau apa-apa loh.." kata Yuto.
*Yura calling...*
"moshi-moshi?... Ahh, hai.... Ada Shida, Yama, Yuya, to Dai-chan .... Oke de, ku tunggu ... Jaa ne" kata Yuto pada telepon.
"Yura mau kesini, dia udah ada di bawah" lanjutnya.
"unn, kalau begitu kita jangan bicarakan hal ini lagi" lanjut Shida.
"nande??" tanya Yuya
"kamu belum tau ya? Kalau gitu tolong jangan kasih tau Yura ya. Please..."
Yuya hanya ngangguk-ngangguk.

Di tempat lain, ternyata Chii bertemu dengan Ryuratou di cafe rumah sakit. Ryuu sedang beli minum sebelum masuk ke kamar Yuto di atas sana. Mereka ngobrol-ngobrol dulu sebentar.
"Chii-nichan, tampang nichan kok kayak orang marah sihh?" tanya Ryuu penasaran. Mereka duduk di ujung ruangan sambil menunggu pesanan mereka masing-masing.
"abis tadi Dai-chan jahat sihh" kata Chii masih tetap ngambek. Tapi sudah mendingan dari pada waktu di atas sana.
"emangnya kenapa nichan?"
"Dai-chan ngejek aku terus sihh"
"ihh, jangan setengah-setengah dong ceritanya, nichan. Aku kan penasaran juga" paksa Ryuu, dia sudah mulai tak sabaran.
"masa dia bilang aku nemu kucing? Terus aku dikatain kecil?"
Ryuu hanya bengong tak mengerti.
"Ryuu? Kamu kenapa? Kok diem doank?" tanya Chii panik melihat Ryuu bengong doank.
"hahh? Aku gak ngerti, nichan." kata Ryuu. Pas sekali, pelayan datang mengantarkan pesanan.
"nichan???" tanya sang pelayan lalu melihat Chii dan Ryuu secara bergantian.
"ada apa?" tanya Chii penasaran
"ahh.. Kalian ini aneh deh" jawab si pelayan.
"okashi??" kata Ryuu semakin bingung.
"hai. Masa kamu manggil dia nichan?" kata pelayan sambil menunjuk ke arah Chii.
Ryuu dan Chii terdiam. Maksudnya? Pikir mereka berdua.
"jelas-jelas kamu lebih tua dari dia. Seharusnya dia yang manggil kamu nichan. Ini malah kebalik. Hahaha..." kata pelayan lalu berjalan pergi dengan santai.
Chii dan Ryuu sekarang mengerti apa maksud si pelayan tadi. Chii kembali manyun tak terima di katain masih kecil.
Ryuu yang melihat perubahan pada Chii segera menahan tawa. Jangan sampai kedengeran sama Chii.
Ryuu segera menghabiskan minumannya lalu pamit jenguk Yuto dulu.
Chii masih tetap di tempat dengan cemberut tak terima di katain kayak anak kecil.

No comments:

Post a Comment