Yura telah keluar dari rumah sakit, sedangkan Yuto belum diperbolehkan oleh dokter. Sebelum Yura pergi meninggalkan rumah sakit, ia menyempatkan diri menjenguk Yuto.
Yuto sudah banyak membaik, beberapa memar sudah tidak sakit lagi, luka di lengan dan kepala sudah tertutup, hanya tinggal bekas yang tak kunjung hilang. Tetapi luka di kakinya belum sembuh dan terkadang masih terasa nyut-nyutan.
Yura sekarang berada di kamar Yuto
"Yuto, sekarang aku sudah boleh pulang"
"aku tahu itu?"
"apa?" kata Yura kaget
"aku bertanya pada dokter" kata Yuto sambil nyengir
"hahaa, pantas saja. Kapan kau pulang?"
"beberapa hari lagi, sudah membaik semua kok lukanya"
"masa?" tanya Yura. Lalu iseng ia memencet luka di kaki Yuto. Tepat sekali di tengah-tengah luka itu.
"aww... Yura!! Awas kau ya" Yura hanya menjauh. Yuto tak mungkin bisa mengejarnya.
"katanya sudah sembuh??" ejek Yura
"siapa yang bilang sudah sembuh semua? Aku hanya bilang sudah mendingan. Bukan berarti sudah sembuh. Sudah bagus aku menolongmu waktu itu, masa ucapan terima kasihnya sesadis ini?" wajah Yuto terlihat memelas
"coba saja kalau kau tak menolong ku."
"telat! Sekarang aku sudah di hajar oleh mereka"
Yura hanya terkikik geli. Sepanjang itu mereka becanda bedua hingga Yura dijemput dan harus segera pulang.
Di Horikoshi jam istirahat Shida, Yama, Chii, dan Dai-chan sedang berkumpul. Chii sudah menceritakan apa yang dikatakan Yuto pada Dai-chan. Sudah beberapa hari ini mereka mencari yakuza itu, dan sekarang mereka mau menceritakan hasilnya satu sama lain.
"lambangnya cukup antik, susah banget nyarinya" kata Chinen.
"malah karena antik jadi lebih mudah" jawab Yama
"kok gitu?"
"ya kalau banyak yang pakai khan bingung, mana yang yakuza dan mana yang bukan. Tapi kalau dikit, kemungkinan kecil dia bukan yakuza" jelas Yama
"waw.. Kau hebat, Yama. Seperti detektif sungguhan" kata Shida terkagum-kagum.
"hoho... Aku memang suka banget sama detektif, kau tau khan aku sering banget dapet peran detektif. Ternyata itu pengaruh di kehidupan nyata ya? Hahahaa" tawa Yama keras. Ia bangga sama hasil kerjanya sendiri. Apa lagi sampai teman-temannya kagum padanya. Yang lain hanya mencibir.
"gimana kalau kita pancing mereka pakai Yura lagi?" tanya Daiki iseng
"hush.. Sembarangan aja. Ntar kalau dia kenapa-napa lagi gimana?"
"jangan sampai lah..."
semua terdiam. Akhirnya bel tanda akhir istirahat berbunyi. Semua kembali ke gedung dan kelas masing-masing.
Sebenarnya dari tadi ada yang aneh pada perasaan Shida. tetapi ia tak bisa ingat apa itu. Sudah, lupakan itu. Siapa tau nanti juga ingat sendiri, jangan di paksakan. Kata Shida dalam hati. tiba-tiba sebersit bayangan terlintas dalam otaknya membuat kepala Shida sakit.
Apa itu barusan? Tanyanya pada diri sendiri. Ia mecoba mengingat-ingat namun tak bisa. Akhirnya ia berlari ke dalam kelas.
sore hari pada saat hari kejadian Yuto dan Yura masuk rumah sakit...
"hahaha... Dendam ku terbalaskan! Untung ada tugas dari bos" kata salah satu dari mereka. Anggap saja namanya si X
"kau kenal mereka?" tanya temannya, si A
"tentu saja tidak. Aku hanya sedang melampiaskan kekesalanku pada mereka saja" ujar X
"pantas saja kau tadi terlihat garang sekali" kata N
"ya, hasil gebukanmu sangat dasyat!!" lalu si A tertawa keras
"siapa dulu dong??" kata X sambil memukul dadanya. Lalu semua tertawa kembali.
"sebenarnya apa hubungan bos sama mereka ya? Hmm..." tanya N
"ahh, bodo amat. Mau mantan, mau pacar, mau musuh bebuyutan juga aku gak peduli." kata K yang dari tadi asyik main kartu bareng A.
"benar-benar. Aku setuju dengan mu, K. Bagaimana keadaan mereka ya?" sambut A penasaran.
"ohh... Pastinya babak belur dong. Lihat tidak, tadi si cowo itu sampai membiru dimana-mana. Lagian sok jagoan banget" kata X
"kalau mereka lapor polisi bagaimana?" tanya K.
Semua terdiam. "entahlah, kita timpakan semuanya pada bos saja. Memang dia yang menyuruh kita khan?" kata N.
Semua mengangguk setuju. Tanpa rasa bersalah, mereka malah asyik mabuk-mabukan. Tidak menyadari bahwa mereka sedang terancam bahaya akibat perbuatan mereka.
Yura tiba di rumah. Ia menatap sekeliling ruang tamu lalu menghebuskan napas panjang.
Sudah beberapa hari ia tidak melihat rumahnya. Suasana sama seperti sebelum kejadian mengerikan itu. Ya iyalah, batinnya dalam hati.
Ia melemparkan dirinya di atas sofa dan menatap langit-langit ruangan itu.
Beberapa saat lamanya setelah Yura melamun, ia mendengar suara dari depan pintu.
"Yura??" tanya suara itu. Sosok seorang wanita sebaya mamanya muncul dari balik pintu. Yura mengernyitkan dahi. Siapa orang ini? Pikirnya.
Seakan orang itu bisa membaca pikiran Yura, ia berkata, "kau lupa pada ku? Hmmm... Aku tak kecewa. Wajar saja kalau kau lupa. Aku ini mamanya Kenichi, ingat?"
wajah Yura berubah cerah. Sekarang ia ingat siapa orang ini. Kenichi adalah teman sekolahnya dulu ketika 1 sd, tetapi karena suatu sebab, mereka sekeluarga pindah ke luar negri. Sejak saat itu, hubungan mereka putus.
"tante, genki desuka? Ayo masuk..." kata Yura girang. Ia mempersilahkan tante itu duduk.
"Yura sudah besar ya"
Yura hanya tersenyum simpul.
"tante masih kelihatan muda saja"kata Yura basa-basi
"hohoho... ada-ada saja, kamu. Jelas sekali kalau keriputnya tambah banyak" lalu mereka tertawa berdua.
"oh iya, ngomong-ngomong, mama mu dimana??"
"ada kok, tante tunggu sebentar ya, aku panggilin okasan dulu"
lalu Yura berlari ke dalam, beberapa saat kemudian Yura muncul lagi bersama mama nya.
Setelah basa-basi sebentar, Yura akhirnya ijin masuk ke dalam kamar. Dari dalam, samar-samar terdengar perbincangan di depan sana.
Kenichi.., pikir Yura. Sekarang dia seperti apa ya? Aku jadi penasaran. Apakah masih polos dan imut seperti dulu, atau sudah berubah 180' dari yang dulu? Sudah lama sekali aku tidak bertemu dengannya. Apakah wajahnya masih sama? Sejuta pertanyaan terlintas di kepalanya.
Akhirnya karena tak ada yang dapat menjawab pertanyaannya, ia mengambil handphone. Jari-jarinya mulai menari di atas tombol Hp, dalam sekejab, sebuah sms sederhana untuk sang kekasih telah selesai tertera di Hp-nya. ia membaca sekali lagi untuk memastikan.
Yuto-kun, ima nani shiteru? Aku sdh smpe rumah nih. Besok aku mau kesana, mau nitip apa nggak?
XXX
*send*
Yura ketawa sendiri di dalam, ia ingat saat malam sebelum pulang kerumah.
Malam itu ia sedang berada di dalam kamar Yuto. Yuto sedang tidur saat tidur, karena iseng, Yura ngerjain Yuto sehingga ia terbangun. Karena kaget di hadapannya ada Yura, Yuto terjungkal jatuh dari atas kasur.
ketika Yura men-cek Hp nya, ia sudah mendapatkan balasannya.
Gak mau apa-apa!! Cuma mw kluar dr penjara ini. Btw, apaan tuh yg XXX?
YRY
payah, kau. pikir Yura.
Lalu Yura kembali menuliskan balasan
artinya apa??
:(
sambil menunggu balasan dari Yuto, ia memutar lagu favoritnya di Hp.
Yorokobi kanashimi..
Uteirete ikiru..
Arino mama tachi mukae..
Hitabi kanjitemo..
Dare demo ikuna ga..
Belum sampai di bagian reff, Yura mendapatkan balasan
idihh, nanya-nanya. Kamu jg gag mw ksh tau. Tp aku ksh tw de, YRY itu Yuto Rabu (love) Yura.
Hehehee... ;")
wajah Yura merah padam dengan segera. Ia tak tau mau membalas apa. Lagu Ultra Music Power-nya Hey!Say!JUMP masih terus berputar memenuhi kamar Yura.
jumping to my dream..
Setsunai kono kokoro de..
Fighting for my dream..
Taiyo wo dakishimete..
Ahaa!! Aku dapat ide, kata Yura pelan sambil menjentikan jarinya, ia mulai mengetik. Dalam beberapa detik, ia sudah berhasil menyelesaikannya.
You're my dream when i'm child.
Now, you're my savior when i'm teen.
You always on my mind.
Now and forever...
*send*
Yura ketawa sendiri membaca pantun bahasa inggrisnya. kata-katanya terlalu blak-blakan, Yuto ngerti nggak ya?? Pikir Yura.
Lama sekali Yura menunggu, lagu Ultra Music Power sudah berganti menjadi First Love-nya Utada Hikaru.
Ashita no ima goro niwa..
Watashi wa kito nai ndarou..
Dare wo omo teru ndarou..
you're always gonna be the one..
...
Lagu terputus berganti menjadi suara getaran. Sms masuk.
Jangan bikin aku pusing, Yura. Sudah ahh, oyasuminasai..
Hahhh?? Yura tercengang. Kenapa ini?
Tapi Yura akhirnya Yura hanya membalas dengan OYASUMINASAI juga.